Tenda para pencari pahala

user
Mohammad Taufik 02 Juli 2016, 07:06 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sejumlah tenda berdiri hampir mengelilingi pelataran Masjid Habiburrahman, Bandung. Tenda-tenda tersebut didirikan jemaah masjid yang melaksanakan iktikaf atau tinggal di masjid selama 10 hari di penghujung Ramadan.

Tenda tersebut berdiri di bagian depan dan samping masjid yang berseberangan dengan PT Dirgantara Indonesia itu. Barisan tenda ditata dengan rapi. Jemaahnya kebanyakan sudah berkeluarga, bahkan ada yang membawa anak masih bayi.

Jemaah yang iktikaf bukan hanya dari Kota Bandung, tetapi banyak pula yang datang dari luar Bandung. Selama iktikaf, mereka harus meninggalkan kehidupan duniawi dan khusyuk beribadah.

Salah satu jemaah, Didi (37), datang jauh-jauh dari Sumedang bersama istri dan dua anaknya. Didi membawa tenda sendiri. Panitia masjid kemudian memberinya kaveling untuk mendirikan tenda di halaman.

Didi mengaku tiap tahunnya selalu menjalankan iktikaf di masjid yang berdiri di seberang PT Dirgantara Indonesia itu. "Sudah 10 tahun lalu saya biasa iktikaf di sini. Jadi seperti ketagihan," kata pria petani jamur tiram tersebut.

Iktikaf di masjid yang didirikan BJ Habibie itu menurut Dudi berbeda dengan iktikaf di masjid-masjid lain. Salah satu daya tariknya adalah salat malam atau qiyamullail.

"Terawih dan qiyamullail di sini berbeda dengan tempat lain. Di sini imamnya membacakan surat tiga juz. Jadi selama 10 hari itikaf kita jadi khatam Alquran," katanya.

Kelebihan lain, kata Didi, iktikaf di Masjid Habiburrahman juga terbuka untuk keluarga. Panitia masjid menyediakan fasilitas untuk keluarga. "Anak-anak juga senang. Mereka justru menunggu momentum ini. Mereka senangnya tidur di tenda," katanya.

Sedangkan untuk tenda, ia membawa sendiri dari rumah. Sebelum mendirikan tenda, ia melakukan pendaftaran terlebih dahulu kemudian membayar infaq ke panitia iktikaf.

Di singgung mengenai pengalaman spiritual selama melakukan iktikaf, ia mengaku sulit sekali mengungkapkan. "Yang jelas ibadah kita jadi khusyuk. Selain itu bacaan ayat yang dibacakan imam membuat kita larut, bisa sampai nangis," ujarnya.

Ada juga jemaah yang datang dari Depok, yakni Yupi (39). Yupi membawa seorang istri dan tiga anaknya. Dia mengaku mulai menjalani iktikaf Ramadan sejak 2003.

Senada dengan Didi, alasan Yupi beriktikaf di Masjid yang didirikan BJ Habibie itu karena surat-surat yang dibacakan imam saat tarawih maupun qiyamullail.

"Pembacaan surat di sini panjang-panjang. Susah mencari masjid seperti ini. Ke depan saya ingin terbiasa membaca lama Alquran," kata pria yang sehari-hari berdagang tersebut.

Kredit

Bagikan