Praktisi industri khawatir telivisi digital akan libas radio

user
Farah Fuadona 16 Juni 2016, 10:23 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Pemerintah berencana mengalihkan teknologi penyiaran televisi di Indonesia ke teknologi digital pada 2018. Tujuannya agar rakyat Indonesia bisa segera menikmati internet cepat berbasis 4G LTE.
 
Rencana pengalihan tersebut membuat miris publik penyiaran Indonesia. Saat ini, industri penyiaran berkembang tidak sehat. Mulai dari penyerapan belanja iklan yang mencapai puluhan triliun rupiah yang tidak jelas manfaatnya bagi rakyat hingga ketidaksanggupan industri penyiaran memproduksi isi siaran yang diwajibkan Undang-undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002.
 
Di sisi lain, keberadaan industri penyiaran televisi justru menjadi pembunuh industri penyiaran lain, yaitu radio. Alih-alih menghidupkan industri pendukung, sejak tahun 1992 televisi berhasil mengurangi lapangan kerja di sektor industri penyiaran radio, bahkan menutup sejumlah radio. Kini masa depan industri penyiaran radio makin tidak jelas akibat kehilangan 2 pasar utamanya, yaitu pendengar dan pengiklan.
 
Saat ini di Jawa Barat terdapat 147 pemegang izin televisi digital dan sekitar 150 radio swasta. Untuk membahas masalah tersebut, Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Islam Bandung (Unisba) dan Prodi Ilmu Komunikasi Pascasarjana Unisba, bekerjasama dengan KPI Daerah Jawa Barat, menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD).
 
FGD digelar di Aula KPID Jabar, Jalan Malabar, mulai pukul 09.00 WIB, Kamis (16/6), dengan tema "Konstelasi radio siaran swasta mainstream di Jawa Barat sebagai penguatan kebudayaan lokal dalam perspektif UU 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran."
 
“Peserta FGD adalah stakeholder penyiaran radio swasta, seperti para pemilik radio, praktisi penyiaran, praktisi pemasaran radio, akademi dan regulator,” kata narahubung FGD, Nursyawal, melalui rilisnya.
 
Ia menambahkan, FGD diharapkan dapat mengumpulkan data-data serta pemikiran-pemikiran baru tentang inovasi pada profesi penyiar, ruang siaran, isi siaran, positioning, teknologi distribusi siaran serta strategi komunikasi pemasaran.
 
Selain itu, diharapkan juga dapat memberi semangat kepada para praktisi penyiaran radio agar terus bertahan demi kepentingan publik.

Kredit

Bagikan