Peringati Harkitnas, 108 pejuang lari estafet ke Gunung Ciremai


Veteran memberi arahan pada peserta Lari Estafet Harkitnas
Bandung.merdeka.com - Menyambut Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas), sebanyak 108 orang melakukan aksi lari estafet ke Gunung Ciremai, Cirebon, Jawa Barat. Sambil lari, mereka akan mengestafetkan bendera merah putih untuk ditancapkan di puncak gunung.
Peserta lari estafet mengenakan kaos merah bertuliskan Pejuang Estafet, terdiri dari 39 perempuan dan 69 pria dari berbagai kalangan, ada mahasiswa, pelajar, klub motor, profesional dan lainnya. Peserta termuda berusia 14 tahun, sementara tertua 40 tahun. Mereka berasal dari berbagai tempat di Indonesia, peserta terjauh dari Medan.
Aksi dimulai di Kilometer Nol Kota Bandung, Jalan Asia Afrika. Dari situ, peserta mulai pengestapetkan bendera merah putih ke pos rel kereta api Kosambi, Jalan A Yani, Bandung.
Peserta lainnya sudah menunggu di pos rel kereta api tersebut untuk melanjutkan estafet ke titik berikutnya di Jalan Cicadas.
Aksi terbagi dalam tiga etape. Etape pertama Bandung-Terminal Majalengka. Di etape ini setiap peserta berlari sepanjang dua kilometer. Etape kedua Terminal Maja-Berod, tiap peserta berlari satu kilometer. Lalu etape ketiga Berod-Puncak Gunung Ciremai. Total jarak yang ditempuh 108 kilometer sebagai simbol dari 108 tahun Harkitnas.
Acara tersebut digelar komunitas Pendaki Gunung Regional Bandung bertajuk "Saparakanca" (Semangat Pemuda Raih Kebangkitan Nasionalisme Cakrawala).
Humas Komunitas Pendaki Gunung Regional Bandung Yogi Sepratama, mengatakan aksi tersebut akan berlangsung selama 24 jam, dimulai pukul 15.00 WIB dari Kilometer Nol Bandung dan akan tiba di Puncak Gunung Ciremai pukul 15.00 WIB.
"Kita ingin event yang mempunyai filosofi yang bagus, jadi kita pilih Harkitnas. Harkitnas sendiri sering terlupakan, yang sering diingat kan 17-an dan Sumpah Pemuda. Kita melakukan estafet di Kilometer Nol ini untuk meningkatkan kesadaran khususnya pemuda," kata Yogi.
Dalam pelaksanaannya, estafet tersebut penuh dengan simbol, antra lain bagian tiang bendera dipasang sapu lidi sebagai simbol kepedulian pecinta alam terhadap kebersihan. Sapu lidi sendiri sebagai simbol persatuan. Sedangkan pengusungan bendera dilakukan secara estafet menyimbolkan perubahan masa lalu ke masa sekarang.
Lari estafet dilepas di Jalan Sukarno oleh para pejuang veteran, antara lain Sudirman dan Siti Fatimah. Para veteran tersebut memberikan pembekalan-pembekalan agar Pejuang Estafet bersemangat.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak