RSKIA Bandung akan bangun gedung baru akhir tahun ini
Bandung.merdeka.com - Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak (RSKIA) Kota Bandung akan segera membangun gedung baru pada akhir tahun ini. Gedung RSKIA yang saat ini berada di Astanananyar nantinya akan pindah ke lokasi baru yang berada di kawasan Leuwi Panjang.
Menurut Direktur RSKIA Kota Bandung, Nina Manarosana pihaknya berencana akan merelokasi rumah sakit dengan membuat bangunan baru untuk RSKIA Tipe A Pendidikan. Rumah sakit seluas 7343 meter persegi ini akan mampu menampung 200 pasien dengan penambahan fasilitas penanganan gawat darurat.
"Karena keterbatasan fasilitas, sarana dan prasarana kita Insya Allah akan membangun di lokasi yang baru. Hasil hitungan dari konsultan, gedung baru ini nantinya memiliki kapasitas 200-300 kamar tidur. Saat ini kan hanya kita hanya ada 65 kamar tidur," ujar Nina kepada wartawan kepada Merdeka Bandung saat acara Bandung Menjawab di Ruang Media, Balai Kota Bandung, Jalan Wastukancana, Selasa (3/4)
Nina mengaku saat ini RSKIA Kota Bandung masih kekurangan fasilitas Intensive Care Unit (ICU) dan Neonatologi Intensive Care Unit (NICU). Sebab saat baru ada 7 inkubator NICU yang digunakan untuk melayani pasien gawat darurat.
“Karena kita tidak hanya menangani pasien Kota Bandung. Rumah sakit lain di Bandung Raya masih merujuk ke kita,” ucap Nina.
Keunggulan RSKIA baru kelak akan memiliki fasilitas perinatologi (bayi baru lahir) dan fasilitas tumbuh kembang bayi yang belum banyak dimiliki oleh RSKIA lain. Penambahan fasilitas ini dinilai Nina karena secara nasional, termasuk di Kota Bandung banyak bayi lahir dengan berat badan rendah dan ibu dengan kegawatdaruratan janin memiliki masalah yang cukup tinggi.
“Perlu ada kekhususan yaang menangani itu karena secara nasional memang angka kematian bayi baru lahir itu sangat tinggi,” ungkap Nina.
Adapun untuk pembangunan gedung baru ini akan menelan dana Rp 300 miliar. Sementara untuk pembebasan lahan menalan biaya Rp 80 miliar. Anggarannya bersumber dari APBD Kota Bandung. "Saat ini masih pembebasan lahan. Ditargetkan akhir tahun ini mulai dibangun," ujarnya.
Sebagai rumah sakit milik pemerintah, RSKIA Kota Bandung lebih berfokus memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat kelas menengah ke bawah. Hal ini dilakukan agar masyarakat kelas menengah ke bawah tetap bisa mendapatkan pelayanan kesehatan yang prima, tentu dengan adanya program BPJS dan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda).
Untuk pasien dengan jalur umum (tanpa asuransi BPJS dan Jamkesda), RSKIA Kota Bandung masih menggunakan tarif berdasarkan Perda No. 1 Tahun 2011. Meskipun saat ini status RSKIA Kota Bandung telah menjadi Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), Nina mengaku belum melakukan penyesuaian tarif.
“Tarif per kamar sebesar Rp 35 ribu itu termasuk kamar, makan 3 kali, dan snack 2 kali,” jelas Nina.
Namun ia memastikan bahwa kualitas gizi, obat, dan makanan yang diberikan sudah sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan. Kekurangan biaya yang dikeluarkan sudah dapat ditutup dengan subsidi pemerintah.
Selain peningkatan sarana dan prasarana, RSKIA juga melaksanakan berbagai program untuk pelayanan terhada pasien. RSKIA tengah fokus pula pada masalah.