Keselamatan berkendara, Bloomberg Philanthropy pilih Kota Bandung

user
Farah Fuadona 26 April 2016, 16:50 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab kematian nomor 7 di dunia. Setiap tahun 1,2 juta orang di dunia meninggal akibat kecelakaan. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti rendahnya kesadaran disiplin berkendara, pengetahuan keselamatan hingga penguatan hukum tentang peraturan berkendara.

Menurut Kepala Bidang Perencanaan Tata Ruang dan Sarana Prasarana Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Bandung, Anton Sunarwibowo sebagian besar kecelakaan lalu lintas di Kota Bandung disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kedisiplinan saat berkendara.

“Di Kota Bandung ini tingkat penggunaan helmnya cukup tinggi. Tapi kebanyakan helmnya tidak diikat. Jadi itu yang mengakibatkan kecelakaan dan bisa menimbulkan korban jiwa. Banyak yang lalai,” ujar  Anton dalam rilis yang diterima Merdeka Bandung.

Saat ini, Bappeda dan Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Bandung tengah berkolaborasi menjalankan kampanye publik tentang keselamatan berkendara, menyusul dengan terpilihnya Kota Bandung sebagai percontohan kota aman berlalu lintas oleh Bloomberg Philanthropy melalui program Bloomberg Initiative for Global Road Safety. Program ini dilatarbelakangi oleh pencanangan Dekade Keselamatan Berkendara oleh World Health Organization (WHO). Kota Bandung dinilai memiliki komitmen baik dari pemerintah maupun masyarakat untuk meningkatkan keselamatan di jalan raya. Program ini berlangsung dari tahun 2015 – 2019.

Menurut Anton, sejak tahun 2015 pihaknya telah membentuk Tim Keselamatan Jalan Raya yang terdiri dari Pemerintah Kota Bandung yang meliputi Kepala Bappeda, Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Kota Bandung, Kepala Dinas Bina Marga dan Pengairan, dan Dinas Kesehatan, serta satuan kepolisian di lingkup Polrestabes Kota Bandung.

Tim tersebut terbagi menjadi 5 kelompok kerja, yakni manajemen keselamatan berkalu lintas, keselamatan jalan dan berkendara, penegakan aturan dan public awareness, data dan penanganan pasca kecelakaan.

Hal ini didasarkan pada 5 pilar WHO tentang keselamatan di jalan raya, yakni safety road, safety vehicle, safety management, law enforcement, dan post-crash accident. Di tahun 2016 Bloomberg telah menunjuk fasilitator di tiap kota yang terpilih untuk memberikan arahan dalam pelaksanaan program ini sehingga setiap kegiatan akan dimonitor dan dievaluasi.

Menurut Anton, program ini melibatkan beberapa institusi internasional seperti EMBARQ, World Bank Global Road Safety Facility, Johns Hopkins Bloomberg School for Public Health, Global Road Safety Partnership, The Union North America, National Association of City Transportation Officials, Global New Car Assessment Program, dan WHO. Sedangkan faktor-faktor penyebab kecelakaan akan menjadi perhatian utama.

Anton mengatakan, ada beberapa isu yang sudah dibahas. “Pemakaian safety belt, mengantuk, main texting, dan penggunaan sepeda motor terutama anak sekolah,” sebut Anton.

Di tempat yang sama, Kepala Dinas Perhubungan Kota Bandung Didi Ruswandi mengatakan ada beberapa hal yang ia tangani, selain melakukan kampanye publik tentang disiplin berkendara. Saat ini ia tengah menyiapkan perbaikan infrastruktur untuk mendukung keselamatan di jalan raya.

“Di beberapa tempat di Kota Bandung, jarak persimpangannya sangat pendek. Ada juga pra syarat keselamatan yang belum terpenuhi. Termasuk bangunan pelengkapnya, seperti shelter dan sebagainya. Nanti itu akan diaudit. Nanti kalau rekomendasinya sudah keluar itu akan dijadikan bahan untuk dilakukan perbaikan,” jelas Didi.

Kesepuluh kota yang terpilih dalam program ini antara lain Accra (Ghana), Addis Ababa (Ethiopia), Bandung (Indonesia), Bangkok (Thailand), Bogota (Colombia), Fortaleza (Brazil), Ho Chi Minh (Vietnam), Mumbai (India), São Paulo (Brazil) dan Shanghai (Cina). Tujuan akhir yang ingin dicapai dari program ini adalah menurunnya angka kecelakaan lalu lintas di dunia.

Kredit

Bagikan