Museum Mata Cicendo, satu-satunya museum mata di Indonesia

Koleksi di Museum Mata Cicendo
Bandung.merdeka.com - Museum selalu identik dengan benda-benda kuno. Lalu bagaimana dengan museum mata? Museum ini disebut-sebut hanya ada satu di Indonesia, yakni Museum Mata Rumah Sakit Mata (RSM) Cicendo, Bandung. “Mungkin ini satu-satunya museum mata di Indonesia,” kata Direktur Medik dan Pelayanan Pusat Mata Nasional RSM Cicendo, Bandung, dr. Iwan Sovani SpM (K), kepada Merdeka Bandung.
Museum Mata Cicendo didirikan bertepatan dengan 100 tahun rumah sakit tersebut pada 2009. Waktu itu Iwan sendiri yang menjadi ketua panitia pendirian museum mata. Ia dan timnya bergerak mengumpulkan peralatan medis yang berhubungan dengan mata yang sudah lama disimpan di gudang rumah sakit.
“Kita menggali hal-hal yang sudah lama menjadi sebuah museum untuk pengetahuan mereka yang belum tahu,” jelasnya.
Para dokter mata senior, para profesor mata pun menyambut upaya RSM Cicendo membangun museum. Mereka berasal bukan hanya dari Bandung, tetapi dari Jakarta, Yogyakarta, Surabaya. Mereka bersedia menitipkan barang-barang kunonya untuk disimpan dan dirawat di museum mata.
Salah satu koleksi milik Museum Mata Cicendo
© 2016 merdeka.com/Iman Herdiana
“Kita bongkar gudang, kumpulkan dan bersihkan. Kadang ada profesor-profesor yang di rumahnya masih menyimpan alat-alat mata itu kita minta untuk disimpan di sini kemudian kita rawat,” kata Iwan.
Sebelum dipajang, semua alat-alat dibersihkan terlebih dahulu. Akhirnya terkumpulah “harta karun” mata dari tahun 1950 sampai 2000.
Semua peralatan antik itu bisa ditemui di museum yang ada di bagian lobby RSM Cicendo. Museum berupa ruangan yang didominasi dari kaca, dari luar pengunjung bisa melihat berbagai benda-benda medis yang sudah menjadi antik.
Peralatan medis tersebut antara lain alat-alat untuk pemeriksaan mata dan kaca mata yang sederhana atau belum secanggih saat ini. Alat laser generasi pertama yang belum komputerisasi, alat foto mata, kamera lama, dan lain-lain.
Umumnya, alat pemeriksaan mata klasik itu berukuran besar dan berat. “Seperti laser dulu besar sekali sekarang kan kecil. Kaya HP-lah dulu kan besar-besar sekarang makin kecil dan tipis tapi makin canggih,” jelas Iwan.
Ia menambahkan, alat-alat mata tersebut digunakan saat Direktur Utama RSM Cicendo generasi pertama, antara lain Profesor Soediro dan Profesor Soegana.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak