KAA masih punya utang kemerdekaan pada Palestina
Bandung.merdeka.com - Negara-negara peserta Konferensi Asia Afrika (KAA) masih memiliki utang memerdekakan negara Palestina. Dari ratusan negara yang mendukung KAA, Palestina menjadi satu-satunya negara yang belum bebas dari penjajahan dalam hal ini oleh Israel.
Kendati demikian, Direktur Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Al Busyra Basnur, mengatakan negara-negara KAA tidak tinggal diam dalam memperjuangkan kemerdekaan Palestina.
Salah satu upaya kecil untuk mendukung kemerdekaan Palestina adalah lewat peringatan KAA yang rutin dilakukan Museum KAA di bawah Kemenlu RI. Tahun ini, isu Palestina tetap menjadi agenda penting bagi KAA.
"Kenapa kita mengangkat isu Palestina dalam seminar, karena Palestina salah satu agenda penting bangsa-bangsa Asia Afrika yang belum tercapai kemerdekaannya. KAA telah inisiatif mendorong semua negara di Asia Afrika telah mencapai kemerdekaan kecuali Palestina," kata Al Busyra Basnur, Selasa (19/4).
Al Busyra Basnur menyampaikan hal tersebut di sela seminar bertajuk Bandung Spirit for Palestine yang merupakan rangkaian peringatan 61 Tahun KAA di Museum KA, Bandung.
Menurut dia, sudah lama Indonesia berkomit maupun melakukan aksi nyata agar Palestina merdeka. Salah satu upaya memerdekakan Palestina adalah dengan menggelar konferensi Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jakarta beberapa waktu lalu.
Selain itu, Indonesia menunjuk konsulatnya di Ramalah, Palestina. Semua upaya itu hanya bagian kecil yang tampak di permukaan. "Banyak yang sudah dilakukan di masa lalu, sekarang dan masa depan," tandasnya.
Khusus kepada generasi muda Indonesia, kata dia, lewat seminar Bandung Spirit for Palestine diharapkan muncul pemahaman dan arti penting bagi kemerdekaan Palestina.
Ia bersyukur, banyak generasi muda Bandung yang turut hadir dalam seminar tersebut. Diharapkan pula muncul aksi-aksi diplomasi yang dilakukan generasi muda dalam mempercepat kemerdekaan Palestina.
"Membantu kemerdekaan Palestina bukan hanya lewat perjanjian-perjanjian, tapi perlu aksi nyata. Misalnya kita tak hanya komitmen secara retorika tapi juga memberikan pelatihan pada pemuda-pemuda bangsa Palestina," katanya.
Sejak 2008, Indonesia sudah menjalankan 135 program pelatihan yang diikuti 1.364 warga Palestina.