Gagahnya pasukan berkuda di parade budaya KAA
Bandung.merdeka.com - Parade Budaya Asia Afrika menampilkan parade militer dari Detasemen Kavaleri Berkuda, Pussenkav TNl AD. Ada 29 personel yang mengusung bendera pencetus Konferensi Asia Afrika 1955.
Parade dari Detasemen Kavaleri Berkuda membuka Parade Budaya Asia Afrika yang mengawali peringatan 61 Tahun KAA di Gedung Merdeka, Jalan Asia Afrika, Bandung, Minggu (17/4).
Kehadiran para personel TNI yang semua berpakaian serba putih itu memukau ribuan warga yang menyaksikan parade tersebut. Pasukan yang menunggang kuda-kuda tinggi itu berjalan dari depan Museum KAA menuju para tamu negara yang duduk di panggung Jalan Sukarno, samping Gedung Merdeka.
Sebanyak 29 pasukan berkuda dipimpin Letnan Dua Kavaleri Dorma Asrindo Purba S.T.Han itu mengusung 29 bendera pencetus KAA 1955. Pada KAA 1955, pasukan serupa mengusung bendera KAA menjadi embrio Detasemen Kavaleri Berkuda saat ini.
Selama parade, dibacakan narasi bahwa Detasemen Kavaleri Berkuda adalah Satuan Operasional di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD. Tugas pokok pasukan ini cukup banyak, antara lain melaksanakan tugas operasi khususnya patroli pengamanan yang tidak dibatasi oleh jaring jalan.
Selain itu, Detasemen Kavaleri Berkuda juga bertugas menyelenggarakan pembinaan dan pendidikan personel, menyiapkan kuda militer, mempersiapkan Satuan Kavaleri Berkuda di lingkungan TNI AD.
Tugas lainnya adalah menyelenggarakan peternakan kuda, serta melaksanakan tugas protokoler dan pengembangan olah raga berkuda di Indonesia.
Embrio Datasemen Kavaleri Berkuda,Pussenkav TNl AD, muncul sejak diserahkannya 20 ekor kuda hasil rampasan perang dengan Belanda pada akhir Desember 1949.
Pada awal 1950 di Pulai Jawa, Kepada KSAD KGPH Soerjo Soejarso mengusulkan dibentuknya satu Eskadron Kavale Berkuda di samping Pasukan Kavaleri Mekanis yang telah ada sebagai bagian dari Kesenjataan Kavaleri TNI AD.
Eskadron Kavaleri Berkuda terbentuk berdasarkan instruksi KSAD No 18/KSAD/Instr/1953 Tanggal 18 Maret 1953 tentang pembentukan satu eskadron Kavaleri Berkuda. Tanggal 18 Maret ditetapkan sebagai hari jadi Detasemen Kavaleri Berkuda.
Detasemen Kavaleri Berkuda bermarkas di Jalan Kolonel Masturi Km 7 Parongpong, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Dalam sejarah perkembangannya, Detasemen Kavaleri Berkuda mengalami beberapa kali perubahan nama.
Pada awal pembentukan di tahun 1953, satuan ini bernama Eskadron Kavaleri Berkuda yang dipimpin oleh Kapten Kav Karepoan. Pada 1961 terjadi perubahan organisasi di lingkungan TNI AD.
Dengan adanya perubahan organisasi di lingkungan TNI AD, Eskadron Kavaleri Berkuda dirubah menjadi Resimen Induk Kavaleri Berkuda di bawah pimpinan Letkol Kav Loekito Santoso.
Di tahun 1963 Resimen Induk Kavaleri Berkuda berganti nama menjadi Resimen Turangga berdasaran keputusan Danpuskav Nomor Kep. 150/ 8/1963. Pada tahun yang sama, Resimen Kavaleri Berkuda Turangga diubah menjadi Resimen Kavaleri Berkuda.
Kemudian pada 1968, Resimen Kavaleri Berkuda mendapat penambahan kekuatan sejumlah 80 ekor kuda yang didatangkan dari Pakistan. Penambahan kekuatan tersebut membuat Resimen Kavaleri Berkuda direorganisasi menjadi Pasukan Induk Kavaleri Berkuda Pada 26 Juli 1973.
Lalu pada 1985 reorganisasi Pusat Kavaleri menjadi Pusat Kesenjataan Kavaleri mengakibatkan terjadinya validasi Pasukan Induk Kavaleri Berkuda menjadi Sekolah Kavaleri Berkuda yang berkududukan di bawah Pusat Pendidikan Kavaleri.
Tahun 1999 Sekolah Kavaleri Berkuda yang semula di bawah Komando Pusat Pendidikan Kavaleri beralih komando di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri Kodiklat TNI AD. Dengan adannya peralihan komando tersebut, pada 2000 Sekolah Kavaleri Berkuda berubah nama menjadi Detasemen Kavaleri Berkuda berdasarkan surat keputusan KASAD No KEP /9/V/ 2000 Tanggal 20 Mei 2000.
Saat ini Komandan Detasemen Kavaleri Berkuda dijabat Mayor Kavaleri Solihin S Sos. Detasemen Kavaleri Berkuda berkedudukan langsung di bawah Pusat Kesenjataan Kavaleri. Sedangkan yang menjabat sebagai Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri adalah Brigjen TNI Anang Dwitono SE MM.
Detasemen Kavaleri Berkuda memiliki motto “Bala Turangga Cakti” yang bermakna prajurit yang berbudi luhur, berjiwa suci, berani, dan setia yang memiliki kemampuan, kekuatan, keperkasaan serta daya gerak yang tinggi, tangguh dan handal dalam melaksanakan tugasnya.
Gubernur Jabar tak hadiri Pembukaan KAA
Peringatan Konferensi Asia Afrika (KAA) yang ke-61 tahun dibuka dengan pengibaran 109 negara Asia-Afrika dan sebuah bendera Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Gedung Museum KAA, Minggu (17/4) pagi.
Sejumlah duta besar dari negara-negara Asia dan Afrika menghadiri peringatan tahunan ini. Sebelum menyimak pengibaran bendera, para tamu negara tersebut mengawali dengan perjalanan kaki atau historical walk dari Hotel Savoy Homann menuju Gedung Merdeka.
Dibandingkan dengan peringatan KAA yang ke-60 tahun lalu yang dihadiri sejumlah kepala negara termasuk Presiden Joko Widodo, peringatan KAA yang ke-61 tahun ini berbeda.
Tidak ada kepala negara yang datang, bahkan Gubernur Jawa Barat dan Wali Kota Bandung pun tidak hadir. Gubernur Jawa Barat mewakilkan kehadirannya dengan mengutus Sekertaris Daerah Provinsi Jawa Barat, Iwa Karniwa, untuk membacakan pidato sambutan.
Sementara pemerintah pusat mengutus Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik dari Kementerian Luar Negeri, Hesti Handayani. Pembukaan dipusatkan di Jalan Sukarno (eks Jalan Cikapundung Timur) samping Gedung Merdeka.
Namun meski minimnya kehadiran pejabat daerah maupun pusat, antusiasme relawan dan masyarakat terhadap peringatan KAA tahun ini cukup tinggi.
Kepala Museum KAA Thomas Ardian Siregar mengatakan, setiap Museum KAA membuka pendaftaran online untuk sukarelawan Peringatan KAA, pihaknya selalu mendapat jumlah peserta yang luas biasa.
“Kami mendapat jumlah fantastis, lebih dari 700 relawan yang mau membantu tanpa pamrih. Ini menepis anggapan bahwa generasi saat ini tidak peduli. Buktinya masih banyak remaja yang siap curahkan pikiran dan tenaganya untuk peringatan KAA,” kata Thomas.
Selama pelaksanaan Peringatan KAA yang berlangsung mulai tanggal 17 April sampai 1 Mei, ia menyebutkan ada 20 ribu orang yang terlibat, mulai staf Museum KAA, Sahabat Museum KAA, pengisi acara, dan komunitas.