Enggak perlu mewah, diskusi foto ini digelar di lorong pasar
Bandung.merdeka.com - Diskusi foto tak melulu harus digelar di sebuah kafe kekinian atau tempat yang dinilai mewah. Nyatanya pasar juga bisa dijadikan tempat diskusi mengenai foto yang begitu asyik.
Di sebuah lapak kopi sederhana, dengan lorong-lorong nan sempit, diskusi foto bertitle 'Storytelling - Wedding Journalism to Prewedding Porttait' itu berlangsung seru dan akrab.
Hajatan yang diselenggarakan atas inisiasi dari Fujifilm dan Losthijapit ini menjadikan Pasar Tjihapit sebagai tempat acara berlangsung. Kegiatan tersebut berlangsung mulai pukul 16.00 WIB, Rabu (13/4).
Relawan sekaligus pedagang di Pasar Tjihapit, Yusuf Hadi Muslim, mengatakan pemilihan pasar tradisional sebagai tempat penyelenggaraan acara ini karena ini menjadikan pasar sebagai ruang kreatif.
"Ruang ngobrol di Bandung itu sudah enggak ada, makanya kami membuat sesuatu yang unik. Selama ini belum ada diskusi foto di pasar? Nah, di sinilah tempatnya," ujar pria yang akrab disapa Iyus kepada Merdeka Bandung, Rabu (13/4).
Iyus menjelaskan, dalam kegiatan ini menghadirkan tiga pembicara profesional. Mereka adalah para fotografer pernikahan dan prewedding, yakni; Jowat dari Red White Photo, Rifan Wahyudi dan Yusuf dari Hieros Photo.
"Diangkatnya tema mengenai wedding journalism to prewedding portrait karena selama ini masih ada orang pesimis akan profesinya sebagai fotografer pernikahan. Makanya diskusi ini membuka pikiran bahwa menyenangkan menjadi fotografer pernikahan," ujarnya.
Hal tersebut juga dipaparkan oleh Yusuf. Menurut dia, 'Story Telling' merupakan representasi dari orang atau obyek foto. Bukan soal busana, tempat dan lainnya yang mendukung soal foto.
"Bukan soal busana dan lain-lain, foto bercerita itu bagaimana kota merepresentasikan orang yang difoto itu. Bagaimana obyek kita bisa menggunakan baju yang mereka sukai, berada di tempat mereka sukai, intinya mereka merasa nyaman dengan momen foto," tuturnya.