Prangko GMT angkat mitos Betara Kala memakan matahari

user
Mohammad Taufik 28 Februari 2016, 12:17 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Selama ini prangko dinilai barang jadul. Fungsi prangko pun makin berkurang seiring pesatnya surat elektronik. Tidak jarang generasi muda merasa asing dengan fungsi prangko.

Untuk merangkul generasi muda pada prangko, PT Pos Indonesia meluncurkan prangko Gerhana Matahari Total, khusus menyambut fenomena astronomi langka 9 Maret 2016 mendatang.

Manajer Filateli PT Pos Indonesia, Tata Sugiarta, menjelaskan prangko menggunakan pendekatan mitos Batara Kala yang hidup di seputar terjadinya gerhana. Mitos ini dipakai sebagai pintu masuk untuk menarik perhatian masyarakat pada peristiwa astronomi sekaligus pada prangko.

Menurut Tata, prangko tersebut hasil desain mahasiswa seni rupa ITB yang menggambarkan Batara Kala atau dewa waktu memakan matahari. Dalam mitos itu disebutkan, saat terjadi gerhana penduduk harus membunyikan kentongan agar Batara Kala tidak jadi memakan matahari.

"Makanya desain prangko ada tiga, desain saat matahari akan dimakan batara, saat matahari dimakan, dan saat ketiga matahari dimuntahkan kembali oleh Batara Kala," kata Tata usai peluncuran prangko di Observatorium Bosscha, Sabtu (27/2)

Ia menyebutkan, prangko dicetak sebanyak 300 ribu set. Selain itu, PT Pos juga mencetak souvenir sheet sebanyak 9.000 set. Prangko disebar ke seluruh Indonesia.

Prangko dilengkapi teknologi canggih buat rangkul anak muda

Sovenir sit dicetak dengan teknologi glowing in the dark seperti tasbih yang bisa menyimpan cahaya, sehingga ketika dibawa ke tempat gelap akan muncul cahaya yang terpendar.

Sentuhan teknologi kedua, kata dia, baik prangko maupun souvenir sheet ditambah feature augmented reality. Dengan teknologi ini, prangko akan menampilkan gambar tiga dimensi tentang proses terjadinya gerhana matahari total selama dua menit.

Untuk bisa mengoperasikan augmented reality pada prangko, harus mengunduh aplikasi dengan platform Android. "Jadi orang harus download dulu aplikasinya, kemudian ponselnya dipotretkan ke prangko, baru muncul tampilan 3D-nya. Kita sebut 4D karena ada musiknya," kata Tata.

Menurut dia, sentuhan teknologi augmented reality pada prango Gerhana Matahari Total ini yang pertama di Indonesia. "Teknologi ini menawarkan kepada anak muda. Di anak muda prangko kan kurang menarik. Tapi karena sekarang musim gadget, diharapkan anak muda menyambutnya," jelasnya.

Dengan meluncurkan prangko Gerhana Matahari Total, ada dua sasaran yang ingin dicapai, yakni mensosialisasikan prangko sekaligus mengenalkan fenomena alam, khususnya astronomi.

Kredit

Bagikan