Kereta cepat sulit terwujud jika kemacetan dalam kota tak dibenahi
Bandung.merdeka.com - Pakar transportasi ITB, Ofyar Zainuddin Tamin, mengatakan pembangunan kereta cepat Jakarta-Bandung akan sulit terwujud jika tidak dibarengi dengan pembenahan kemacetan dalam kota.
Rencananya, Gedebage menjadi stasiun akhir kereta cepat Jakarta-Bandung. Selama ini, lalulintas dari Gedebage ke pusat Kota Bandung terkenal karena kemacetannya, terutama pada jam-jam sibuk.
Ofyar menyarankan agar Bandung memiliki transportasi massal yang mampu menyambungkan Gedebage dengan pusat kota. Transportasi massal yang disarankan dibangun adalah kereta api ringan dalam kota atau Light Rail Transit (LRT).
“Terlepas dari pro-kontra kereta cepat, tolong lengkapi Bandung dengan LRT yang sambungkan pusat kota dengan Stasiun Gedebage. Kalau itu tak ada jangan harap ada kereta cepat,” kata Ofyar yang juga Guru Besar Kelompok Keahlian Transportasi Program Studi Teknik Sipil ITB.
Tanpa ada LRT atau transportasi massal dalam kota yang memadai, kereta cepat tidak berpengaruh banyak mengatasi kemacetan. Memang jarak Jakarta-Bandung makin dipangkas, tetapi jarak dari stasiun kereta cepat ke pusat Kota Bandung tetap akan mengalami hambatan kemacetan dalam kota.
Contohnya, kata dia, jika sedang macet jarak Gedebage pusat kota Bandung bisa mencapai tiga jam.
“Kalau Pemkot Bandung mendukung pembangunan kereta cepat segeralah membangun transportasi massal Gedebage ke puasat kota. Buat apa ada kereta cepat kalau harus menunggu tiga jam dari Gedebage ke Kota Bandung,” ungkapnya.
Selain membangun transportasi massal dalam kota, ia meminta Pemkot Bandung mengembalikan fungsi jalan, membenahi parkir liar yang banyak memakan luas jalan, hingga membangun disiplin lalulintas.
Semua itu harus didukung kebijakan yang tegas dan berani. Tanpa semua itu, jangan harap Bandung bebas macet. Pemkot juga tidak bisa membatasi angkutan pribadi tanpa memperbaiki angkutan umum terlebih dahulu.