Warga anggota eks Gafatar berharap diterima kembali di masyarakat
Bandung.merdeka.com - Rumah singgah milik Dinas Sosial Kota Bandung kembali kedatangan sembilan eks anggota Gafatar asal Kota Bandung pada Senin (8/2) kemarin, dari tempat penampungan sebelumnya di Dinas Sosial Pemerintah Provinsi Jabar. Mereka ditampung sementara di rumah singgah sebelum dikembalikan ke wilayahnya masing-masing.
Nn (35), adalah salah satu dari sembilan orang yang tinggal sementara di rumah singgah. Warga Gedebage ini berharap dapat segera kembali ke masyarakat menjalani kehidupan normal seperti biasanya.
"Secara pribadi, Saya mau kembali ke masyarakat. Kita juga enggak eksklusif di sana,"ujar Nn kepada Merdeka Bandung saat ditemui di rumah singgah, Jalan Sukamulya, Kota Bandung, Selasa (9/2).
NN menuturkan dirinya pergi ke Kalimantan sejak November 2015 lalu bersama istri dan kedua anaknya. Dia mengaku pergi ke Kalimantan untuk usaha.
"Di Kalimantan Saya jadi supplyer untuk koperasi, karena rumah saya di sana deket pasar. Jadi masuk-masukin barang ke koperasi," kata NN.
Hal senada juga diungkapkan warga lainnya, Az (26). Pria yang tinggal di Margahayu ini mengatakan dirinya sudah sejak lama tinggal di Kalimantan jauh sebelum isu Gafatar ini ramai diperbincangkan masyarakat. Az tinggal di Kalimantan sejak tahun 2014 berprofesi sebagai marketing salah satu perusahan produk susu di sana. Namun akhir 2014 profesinya beralih ke pertanian.
"Sebelumnya udah di Kalimantan sejak awal 2014, cuman gaji kecil Rp 3 juta per bulan. Tiba-tiba diajak usaha pertanian sama temen di sana, lumayan prospeknya sampai Rp 10 juta per bulan berempat. Jadi mulai bertani sejak awal 2015," katanya.
Az mengungkapkan, kegiatan yang dilakukan bersama rekannya tidak mengatasnamakan organisasi Gafatar. Sebab kegiatannya tersebut merupakan bagian dari kelompok tani (poktan) di sana.
"Pas bertani enggak mengatasnamakan organisasi, Kami kan Poktan kewilayahan semua tahu. Saya sempet ikut Gafatar cuma ikut kegiatan sosialnya aja," ucap pria asal Aceh ini.
Az berharap, dirinya dapat segera menjalani kehidupan normal seperti biasa di masyarakat. "Rencana mau kerja di Bandung. Namanya keluarga pasti nerima, sebelum dapat kerja mau tinggal di rumah paman di Sukajadi," ujarnya.