KAMMI: Pemuda harus mengokohkan diri dalam bidang wirausaha
Bandung.merdeka.com - Sebanyak 56 orang pegurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Jawa Barat menjalani pelantikan Pengurus Wilayah Jawa Barat di Gedung Indonesia Menggugat Bandung, Minggu (7/2).
Dalam pelantikan bertema “Mengokohkan Peran Pemuda Jabar dalam Persaingan MEA” itu, kami mengusung gerakan baru, termasuk mengurangi aksi-aksi demonstrasi.
Sekjen PW KAMMI Jawa Barat yang baru dilantik, Hamdan Ardiansyah, mengatakan tema pelantikan yang mengangkat isu Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sebagai bentuk gerakan KAMMI yang harus berubah.
“MEA awal tahun ini mulai berlaku. Sebagai organisasi pemuda kita harus memperkokoh diri dalam menghadapi MEA. Kita tak bisa lepas tangan, MEA harus kita hadapi karena terkait kehidupan kita baik di organisasi maupun di luar organisasi,” terang Hamdan, di sela pelantikan.
Menurutnya, program penguatan terbagi dalam dua langkah yakni internal yang bersifat penguatan di tubuh organisasi dan penguatan eksternal menyangkut hubungan KAMMI dengan masalah-masalah sosial.
Penguatan internal meliputi pembinaan moral organisasi. Selain itu, target KAMMI ke depan adalah memiliki perwakilan di seluruh kabupaten/kota di Jawa Barat. Saat ini KAMMI baru memiliki perwakilan di 17 kabupaten/kota di Jawa Barat.
“Ke depan tiap kampus di Jawa Barat sudah terbentuk KAMMI,” katanya.
Sedangkan di bidang eksternal, kata dia, KAMMI membentuk bidang baru terkait ekonomi dan kewirausahaan. Tujuannya untuk penguatan ekonomi. “Pemuda harus mengokokohkan diri dalam bidang wirausahan, minimal memiliki pengetahuan wirausaha,” katanya.
Sejalan dengan itu, KAMMI Jawa Barat juga membentuk Lembaga Semi Otonom (LSI) yang anggotanya tidak harus kader KAMMI tetapi dari masyarakat. Lembaga ini akan bersinergi dengan dinas-dinas provinsi maupuk kabupaten/kota untuk memberikan masukan.
Sementara Kabid Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbangpolinmas) Jawa Barat, Agus Hanafi, berharap KAMMI Jawa Barat mendukung program bela negara.
Menurutnya, program ini bukan sekedar latihan militer tetapi melatih disiplin yang diperlukan dalam menghadapi Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Program ini biasa dilakukan negara-negara maju seperti China, Singapura dan Korea Selatan.
“Jangan diajak bela negara malah protes,” kata Agus.
“Padahal 2,6 miliar penduduk China tidak ada yang lolos dari program bela negara. Jadi mereka terlatih semua. Begitu juga dengan Korea dan Singapura,” tambah dia.
Ia menjelaskan, dalam program yang digaungkan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu itu bukan soal latihan fisik ala militer, tetapi berusaha membentuk spirit bangsa. Spirit ini akan bisa dibentuk dengan latihan fisik dan disiplin.