Ridwan tolak kerja jadi jurnalis dan bank demi bisnis etalese
Bandung.merdeka.com - Ridwan Faizal pernah mengurungkan panggilan kerja di perusahaan surat kabar ternama Bandung. Ia juga sempat diterima kerja di sebuah bank swasta ternama. Lagi-lagi ia mengurungkannya.
"Setiap kali lamaran kerja saya diterima, seperti ada beban moral yang membuat saya terpanggil ke bisnis etalase," kata pria 31 tahun itu, membuka cerita bisnis etalasenya toko Meubel Kembar, Jalan Malabar, Bandung, Rabu (27/01).
Rupanya pilihannya itu tidak keliru. Ayah satu anak ini bisa melanjutkan usaha etalase yang sudah dirintis bapaknya, Dikdik Sodikin (68) sejak 1990, yaitu toko Meubeul Kembar.
Sejauh ini Ridwan mampu melanjutkan usaha etalase. Toko Meubel Kembar mampu eksis di tengah makin maraknya pesaing. Kini di Jalan Malabar ada sekitar 30 toko etalase. Tidak heran jika Jalan Malabar disebut-sebut gudangnya etalase Bandung.
Ridwan menuturkan, usahanya stabil dengan omzet yang terus merangkak naik. Pada 2015 lalu, omzet penjualan etalasenya antara Rp 150 sampai 200 juta per bulan. "Tiga bulan terakhir omzet naik hingga 30 persen," terang jebolan Jurnalistik Universitas Islam Bandung (Unisba) ini.
Penjualan lemari terbuat dari rangka alumunium, kaca, dan triplek itu 80 persen menyasar pangsa pasar Kota Bandung. Ada juga pelanggan dari jauh, misalnya Semarang, Surabaya, hingga ke Bali.
Para pembeli 70 persen mendatangi Meubel Kembar, sisanya dilayani dengan sistem jemput-antar. Pelanggan Toko Meubel Kembar adalah perseorangan dan perusahaan koperasi, leasing atau perkereditan.
"Kita banyak bermitra dengan leasing. Mereka mengambil etalase di sini untuk dipakai nasabah yang membuka usaha," terangnya, seraya menyebutkan beberapa nama leasing atau perusahaan kredit ternama.
Baginya musim PHK atau perumahan karyawan berdampak positif pada toko etalasenya. "Bukannya saya setuju PHK, biasanya kalau PHK menimbulkan wiraswasta-wiraswasta baru. Mereka membutuhkan etalase untuk jualan," ucap penggemar motor Vespa ini.
Dalam mengelola toko etalasenya, Ridwan dibantu 9 karyawan yang merupakan tenaga ahli membuat etalase. Untuk diketahui, sebuah etalase ukuran besar setidaknya dikerjakan tiga ahli, yakni bagian rangka alumunium, bagian kaca, dan bagian teriplek.
"Sebetulnya bsa dikerjakan satu orang saja, hanya waktu penyelesiannya lebih lama," terang pria yang juga terampil membuat etalase.
Membuat etalase harus bisa memadukan nilai presisi dan seni. "Bagi saya, etalase yang dibuat harus cocok untuk perusahaan, untuk konsumen, dan untuk pelanggan. Itu sebabnya saya harus bisa membuat etalase sendiri," tambahnya.
Ridwan pertama meneruskan usaha bapaknya itu pada 2007. Pada awal-awal bergabung, ia fokus belajar membuat etalase, berlatih dengan karyawannya. Setelah sebulan belajar, ia bisa sendiri merangkai rangka, kaca dan triplek.
Ia kemudian fokus di manajemen toko. "Saya sewaktu-waktu saja bantu-bantu membuat, kalau pesanan banyak. Jika tidak diperlukan, saya fokus ke pemasaran," ujarnya.
Etalase yang disediakan Meubel Kembar sangat beragam, mulai yang terkecil hingga paling besar dengan harga mulai Rp 100 ribu sampai jutaan. Dalam menghadapi konsumen, toko Ridwan memiliki promo andalan.
"Kita di sini menawarkan harga terbaik, bukan termurah. Kalau yang murah banyak, tapi kita tidak tawarkan itu. Kita tawarkan kualitas yang terdiri dari akurasi produk dan seni, barangnya tidak asal jadi," ujarnya.