Ada filosofi menarik di balik terbentuknya komunitas Pijar


Bandung.merdeka.com - Bagi sebagian besar masyarakat, kegiatan menempa identik dengan pekerjaan biasa dilakukan oleh pandai besi. Tak salah memang, pandai besi bekerja menempa besi kemudian membentuknya menjadi benda-benda, terutama benda tajam seperti pisau, pedang, parang dan lain lain.
Namun di Bandung ada sebuah komunitas yang mempelajari kegiatan penempaan, sama halnya seperti pekerjaan dilakukan seorang pandai besi. Komunitas itu bernama PIJAR, komunitas menempa Bandung.
Komunitas ini mulai dirintis pada tahun 2012 oleh Ibnu Pratomo bersama kawan-kawan.
"Ini komunitas berbasis tradisi khususnya budaya penempaan. Melalui komunitas, kami ingin menyebarkan kembali kebudayaan penempaan di Indonesia," ujar Ibnu Pratomo saat berbincang dengan Merdeka Bandung, belum lama ini.
Ibnu mengatakan, melalui komunitas PIJAR siapapun dapat mempelajari ilmu penempaan tradisional. Ilmu penempaan ini untuk membuat beragam benda, seperti pisau, pedang dan juga senjata tradisional seperrti keris, kujang dan lain lain.
"Kami lebih ke pelestarian. Belajar bersama tentang penempaan tradisional nusantara. Tapi kami juga belajar tentang budaya nusantara itu sendiri. Untuk bisa memahaminya, kita juga akan belajar tentang sejarahnya dan filosofinya," kata Lulusan S2 Seni Rupa ITB ini.
Saat ini jumlah anggota komunitas PIJARÂ di facebook ada 200 orang lebih. Mereka berasal dari berbagai latar belakang. Mulai dari pelajar, seniman, hingga koki. Tak hanya itu, komunitas penempaan juga menjadi sebuah unit kegiatan mahasiswa di ITB bernama Parang.
"Pijar itu kan umum, anggotanya dari berbagai latar belakang. Ada dari ilmu desain, seni murni, ada juga yang lagi sekolah masak di NHI jadi koki. Jadi mereka bikin alat buat sendiri supaya lebih paham dengan bidang keilmuannya. Karena kita basic-nya komunitas, jadi terbuka. Kalau di Parang itu anggotanya mahasiswa ITB," ujar Ezar Ezra, Kepala Riset Penelitian dan Pengembangan Komunitas Pijar.
Menurut Ezra, komunitas Pijar sering diundang untuk mengikui bergama acara pameran. Dari situ karya-karya mereka mulai dikenal oleh masyarakat. Bahkan tak jarang mereka juga menerima pesanan, terutama dari para kolektor.
"Lewat pameran yang kita ikuti, mulai banyak custom order. Kita pernah bikin pedang legolas kaya di film Lord of the Ring pesanan dari kolektor. Waktu itu dihargai sekitar Rp 15 juta," ungkapnya.
Jika Anda tertarik untuk bergabung dengan komunitas ini, silakan datang langsung saat mereka menggelar kegiatan di sekretariat mereka di kawasan Antapani, Kota Bandung.
"Untuk kegiatan workshop di Jalan Salatiga No 36, Antapani. Di situ ada tungku penempaan di situ. Sementara di Jalan Indramayu No 49, Antapani itu sekretariat kita. Dia itu jadi tempat mgumpul dan diskusi," pungkasnya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak