Jangan frustasi saat kena kanker, ini cara menyembuhkannya
Bandung.merdeka.com - Pasien yang kena kanker wajar diliputi perasaan putus asa dan takut. Kondisi ini kadang membuat pasien takut juga untuk datang ke dokter. Banyak pasien memilih jalan pintas dengan mendatangi pengobatan-pengobatan non-medis.
"Dalam menghadapi kanker ini satu, deteksi dini yang penting. Pengobatan yang pertama harus terbaik. Artinya carilah dokter yang tepat, sebab kalau penanganan pertama sudah keliru, kami menangani untuk memperbaiki mengobatinya itu sulit banget,” ungkap dr. Yusuf Heriady kepada Merdeka Bandung.
Ia menjelaskan, yang dimaksud dokter adalah dokter spesialis kanker atau onkologi. Sedangkan deteksi dini memegang peranan penting untuk mengetahui sejauh mana kanker tersebut menyebar.
Pada deteksi dini juga akan diketahui apakah kanker yang diderita stadium awal atau stadium lanjut. Harapan sembuh kanker stadium awal lebih tinggi dari stadium lanjut. "Kalau stadium 1 bisa sembuh 90 persen lebih," sebutnya.
Onkolog RS Al Ihsan Kabupaten Bandung yang juga ngajar di FK Unisba ini menambahkan, kanker dengan stadium 2 dan 3 harapan sembuhnya berat. Apalagi jika sudah stadium 4 harapan sembuhnya di bawah 40 persen.
Menurutnya, tidak sedikit pasien begitu diduga kanker langsung diliputi perasaan takut. Pasien bahkan takut datang ke dokter atau pihak medis. Ia justru memilih lari ke pengobatan non-medis, membeli berbagai herbal.
Sementara waktu habis dipakai pengobatan non-mendis, usia kanker makin bertambah. “Kanker tentu beda dengan patah tulang. Satu tahun baru diobati juga tidak apa-apa. Kalau kanker stadium 1 dalam waktu 6 bulan kemudian mungkin bisa jadi stadium 4, cepat sekali perkembangannya,” terangnya.
Sebab itulah posisi deteksi dini sangat menentukan dalam penyembuhan kanker. Jumlah sel kanker yang ada pada stadium awal berbeda jauh dengan jumlah sel pada stadium lanjut.
Pada kanker stadium awal sel kanker bisa langsung dihancurkan dengan metode medis yang tepat. Sedangkan jenis deteksi dini, tergantung jenis kanker. “Untuk kanker payudara dengan mamografi atau USG sedangkan kanker leher rahim dengan papsmear, kanker usus beda lagi, begitu juga kanker lainnya,” terangnya.