Tren Medical Traveler Semakin Hits, Begini Penjelasannya

user
Endang Saputra 25 Juli 2019, 19:01 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Traveling kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Semakin tinggi minat terhadap traveling membuat tren medical traveler kini juga semakin hits.

Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Umum Indonesia (PDUI) Cabang Jawa Barat, dr. Eka Sinatria Prabawa mengatakan, medical traveler kini sedang hits.

Namun, kata dia, yang perlu diketahui oleh dokter umum, apakah medical travel itu kini menjadi cabang baru atau bagian dari ilmu kedokteran.

"Medical traveler itu lagi ngehits. Apakah itu cabang ilmu baru atau bagian dari ilmu kedokteran," ujar dr. Eka kepada Merdeka Bandung.

Batasan menjadi medical traveler, lanjut dia, harus benar-benar dipahami oleh dokter umum. Saat bertugas di dalam atau pun luar negeri, dokter sudah memiliki kompetensi dan tidak bertindak di luar kewenangan.

Ia menjelaskan, medical traveler sendiri sebenarnya sesuatu yang kerap dijumpai dokter umum dalam sehari-hari. Misal, seorang dokter kedatangan pasien yang akan bepergian keluar negeri.

"Nah, pasien tersebut menanyakan apa obat yang harus dibawa, kebiasaan yang dibawa ke tempat baru. Kita advice, bukan memberikan obat tapi masukan bagaimana pasien tersebut dalam mengelola kesehatannya," jelasnya.

Eka memberikan contoh, dokter umum akan bertanya perihal catatan medis dari pasien seperti melakukan vaksinasi hepatitis, meningitis atau influenza.

"Tergantung daerah yang akan dikunjungi. Catatan medis harus dipersiapkan dari keberangkatan," imbuh dia.

Selain itu, jika dokter memposisikan sebagai pendamping untuk bepergian, semisal para anggota mahasiswa pecinta alam yang ingin didampingi oleh dokter.

"Misal dokter memposisikan sebagai pendamping adik-adik Mapala yang akan naik turun gunung. Kadang mereka bilang 'Dok, ikut dong dampingi kita'. Sebagai orang yang pergi, kita harus tahu apa gangguan yang biasa ditemui," papar dia.

Seorang dokter yang memposisikan sebagai pendamping traveling, paparnya, harus melakukan persiapan yang matang. Kenali tempat tujuan yang akan dikunjungi menjadi kunci utamanya.

"Sebagai pendamping kita harus tahu juga akses faskes kita di mana. Hal-hal itu sebagai dokter yang memang memiliki kompetensi melayani masyarakat itu harus tahu. Kemana pun kita akan pergi, harus pelajari sosial ekonominya," terang dia.

Pentingnya dokter umum memahami medical traveler ini membuat PDUI menjadikan tema tersebut dalam salah satu sesi pembahasan dalam acara Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT) PDUI di Kampus Maranatha.

Dalam kegiatan tersebut dibahas banyak hal yang harus dipahami oleh dokter umum. Intinya, kegiatan ini hadir sebagai upaya memenuhi kebutuhan dokter umum untuk melengkapi peningkatan kompetensinya dibidang akademik maupun administratif.

Ketua Panitia PIT PDUI Jabar 2019, dr. Dani menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, tahun ini PDUI Jabar kembali menyelenggarakan Pertemuan Ilmiah Tahunan.

"Tema kali ini, kami mengangkat 'Updates and Clinical Assessment for Infection, Degenerative and Metabolic Syndrome in Daily Practice'," papar dr. Dani.

Dani mengharapkan, dengan adanya kegiatan ini bisa memenuhi kewajiban para dokter dalam mengembangkan potensinya. Terlebih, tantangan dokter umum kini tak muda. Namun, bersama pasti bisa.

Kredit

Bagikan