IMA ajukan satu zona waktu demi sebuah perubahan besar

user
Endang Saputra 28 Oktober 2018, 17:23 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Indonesia Marketing Association (IMA) melakukan kajian dan sosialisasi Indonesia Satu Zona Waktu. Kajian ini rencananya akan diajukan kepada pemerintah sebagai upaya untuk melakukan perbaikan dari berbagai aspek. Adanya usulan ini sebagai visi negara modern yang efisien sejak tahun 2005 hingga tahun 2014.

Pakar Marketing dan Founder IMA, Hermawan Kartajaya mengatakan, hadirnya usulan satu zona waktu itu sebagai upaya kenusaan dan kebangsaan semakin kuat. Dengan adanya zona satu waktu ini sebagai upaya mempersiapkan Indonesia pada generasi 4.0.

"Deklarasi hari ini akan kami sampaikan ke pemerintah. Dengan adanya zona satu waktu ini tentunya akan meningkatkan daya saing ekonomi, politik, dan budaya," ujar Hermawan kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara di Gedung Indonesia Menggugat, Minggu (28/10).

Untuk perubahan zona waktu, Indonesia sejak Merdeka di tahun 1945 telah melakukan perubahan zona waktu tiga kali. Dua perubahan pertama dilakukan di masa Presiden Soekrno, di tahun 1950 dan 1963, dan satu perubahan lainnya dilakukan di masa Presiden Soeharto di tahun 1987.

Upaya perubahan zona waktu yang terakhir bahkan meluas ke upaya penetapan satu zona waktu di kawasan ASEAN di tahun 1995 hingga 1996. Dengan kata lain, perubahan zona waktu yang berdampak luar biasa itu bukan merupakan suatu hal yang luar biasa.

Selama tiga kali perubahan zona waktu, bisa dikatakan berlangsung dengan lancar. Begitu lancar prosesnya, sampai berita perubahan zona waktu dimasa lalu tidaj mendapatkan pemberitahuan yang luas.

Sementara itu, sosiolog sekaligus dosen tetap fakultas ilmu sosial dan politik Universitas Indonesia, Imam B. Prasodjo mengatakan, satu zona waktu ini merupakan sebuah lompatan besar namun gratis yang diharapkan bisa disetujui oleh pihak pemerintah.

"Nyatanya begini, antara Barat, Tengah, dan Timur di Indonesia ini memiliki ketimpangan yang kalau mereka berhubungan khususnya untuk urusan ekonomi ini akan sangat sulit. Perbedaan waktu membuat waktu tidak efisien. Bila Indonesia memiliki satu zona waktu tentu akan memperlancar berbagai urusan," katanya.

Kredit

Bagikan