Teliti mikroba dalam ubi Cilembu, mahasiswa ITB ini raih gelar doktor
Bandung.merdeka.com - Ubi Cilembu menjadi salah satu penganan khas di tatar parahyangan. Warga yang biasa melakukan perjalanan ke arah timur, tepatnya sebelum wilayah Nagrek, dengan mudah dapat dijumpai di warung-warung pinggir jalan.
Ubi ini menjadi sangat khas karena memiliki rasa yang manis. Ubi jalar ini konon hanya tumbuh dengan baik jika ditanaman di perkebunan yang berasal dari Desa Cilembu, Sumedang, Jawa Barat. Karena keunikan tersebut, membuat mahasiswa S3 ITB Agustina Monalisa Tangapo melakukan penelitian tentang Ubi Cilembu.
Lewat disertasi yang berjudul 'Dinamika Populasi Bakteri Rhizosfer dan Endofit Pada Budidaya Ubi Jalar Cilembu (Ipomoea batatas var. Cilembu) dan Peranannya Selama Proses Penyimpanan Pascapanen' Agustina berhasil meraih gelar doktor pada Program Studi Doktoral Biologi di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB.
"Berdasarkan observasi dan fenomena yang ada, Ubi Cilembu jika ditanam di tempat yang berbeda di luar Desa Cilembu, hasil kualitasnya berbeda khususnya dalam kualitas rasa manis. Kita ingin meneliti dari aspek mikrobiologi, jadi saya meneliti mikroba khususnya bakteri rizosfer dan endofit yang mengasumsikan spesifik dengan lokasi dimana Ubi Cilembu itu berasal," ujar Agustina seperti dikutip laman ITB, Sabtu (20/10).
Dia mengatakan, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa Ubi Cilembu ketika ditanam di luar lokasi Desa Cilembu kelimpahan dan keanekaragaman bakterinya berbeda. Bakteri itu salah satu yang bisa berpengaruh terhadap rasa manis. Selain itu faktor tanah juga bisa mempengaruhi.
Melalui penelitiannya itu diharapkan dapat bermanfaat bagi petani yang ingin membudidayakan Ubi Cilembu di luar Desa Cilembu. Misalnya dengan menghasilkan produk pupuk hayati yang berisi mikroba yang sama seperti membudidayakan Ubi Cilembu di tempat asalnya.
"Harapan ke depan, pendekatan yang saya lakukan ini bisa menjadi salah satu alternatif untuk ekstensifikasi budidaya ubi jalar Cilembu di luar desa asalnya, dengan tetap menghasilkan rasa manis yang sama ketika di tanam di tempat yang berbeda," ujarnya.
Ubi jalar seperti Ubi Cilembu, termasuk alternatif sumber karbohidrat setelah padi, jagung, dan ubi kayu (singkong). Nilai ekonominya sangat tinggi. Sehingga kedepannya dapat menjadi alternatif ketika ingin melakukan diversifikasi pangan.
Dukungan Keluarga
Selama melakukan penelitian dan kuliah S3 di ITB, tantangan terbesar Agustina adalah keluarga. Ia harus berpisah untuk sementara dengan dua anak dan suaminya yang berada di Manado, Sulawesi Utara. Namun tantangan itu bukan menjadi hambatan, malah menjadi pemacu semangat untuk segera menyelesaikan S3-nya. Keluarga pun mendukung langkahnya itu.
"Di dalam kehidupan tidak ada tombol undo untuk balik lagi. Jadi kita harus bergerak, hadapi saja. Memang tidak semudah seperti saat ini saya ngomong tapi karena faktor dukungan keluarga dan doa keluarga, membuat saya setiap saat harus ada yang dikerjakan, harus datang ke kampus, intinya harus terus bergerak," katanya.
Agustina sendiri menjadi salah seorang lulusan yang menjalani prosesi Wisuda Pertama Tahun Akademik 2018/2019 ini. Dalam wisuda kali ini ITB melahirkan 2.633 wisudawan yaitu Program Doktor sebanyak 35 orang, Magister 1.018 orang, dan Sarjana 1.580 orang.