Sambangi ITB, Menteri Jonan dukung pengembangan bahan bakar ramah lingkungan

user
Endang Saputra 17 Oktober 2018, 14:49 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengunjungi Industri Katalis Pendidikan yang berada di Laboratorium Teknik Reaksi Kimia dan Katalis Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Bandung (FTI-ITB), Rabu (17/10). Kunjungan itu dilakukan Jonan usai menjadi pembicara dalam Studium Generale yang digelar di Aula Barat ITB.

Ditemani Rektor ITB Kadarsah Suryadi, Jonan mengunjungi fasilitas industri-katalis pendidikan ITB. Industri katalis pendidikan ITB sendiri telah menghasilkan katalis yang mengubah sawit menjadi biodiesel, bioavtur, dan biogasoline.

Katalis ini menjadi salah satu komponen yang dibutuhkan dalam proses penting pengolahan minyak bumi. Selama ini sebagian besar katalis yang digunakan Pertamina masih menggunakan katalis impor.

"Hari ini saya diajak Pak Rektor ITB untuk melihat lab katalis untuk mengkonversi bahan baku nabati dengan menggunakan CPO (Crude Palm Oil=Minyak Mentah Sawit) itu menjadi greendiesel atau juga greenavture atau greegasoline dan sebagainya," ujar Jonan kepada wartawan seusai peninjauan.

Jonan mengaku, jika Kementerian ESDM sangat mendukung Industri katalis pendidikan ITB. Apalagi saat ini pihaknya sedang gencar menerapkan aturan agar bahan bakar yang digunakan di Indonesia ramah lingkungan.

"Kami sendiri pada prinsipnya sangat mendukung bahwa bahan bakar di Indonesia, bahan bakar minyak di Indonesia itu diubah secepat cepatnya menjadi bahan bakar yang ramah lingkungan. Nah kalau ramah lingkungan mungkin tidak bisa menggunakan bahan bakar fosil sepanjang masa, tapi harus menggunakan bahan bakar yang renewable (energi terbarukan), misalnya dari kelapa sawit dan sebagainya, itu prinsipnya," kata dia.

Jonan mengungkapkan, pada prinsipnya produksi minyak bumi yang menggunakan bahan bakar fosil makin lama semakin berkurang. Di sisi lain penggunan kendaraan bermotor jumlahnya semakin tinggi. Sehingga dibutuhkan energi alternatif untuk menggantikan bahan bakar fosil.

"Konsumsi bahan bakar kita di kendaraan bermotor makin lama makin tinggi. Ini harus ditutup paling kurang ditutup seperti misalnya greendiesel, greesgasoline dan sebagainya," ucapnya.

Disinggung terkait progres mandatori B-20, Jonan menyebut bahwa saat ini masih terus berproses. B-20 sendiri merupakan penerapan penggunaan solar dengan campuran minyak kelapa sawit sebesar 20 persen atau Biodisel 20 persen disingkat menjadi B20. Dia berharap penggunaan minyak nabati persentasenya semakin meningkat. Apalagi semua kegiatan public service obligation (PSO) atau subsidi juga non-PSO, harus menggunakan B20.

"Progres B-20 sekarang jalan, karena sebelumnya penerapannya sudah 2 tahun kira kira itu untuk yang PSO. Nah sekarang dicampur termasuk yang non pso untuk gasoil yang cetan atau cn-nya itu 48. Jumlahnya 14,5 juta kiloliter setahun. Progresnya bagaimana, kalau Aaya ngomong sih kira kira sekitar 60 -65 persen sampai minggu lalu. Harapannya pelan-pelan harus bisa 100 persen," katanya.

Kredit

Bagikan