90 milenial muslim di Indonesia belajar Islam sekaligus ikuti workshop konten digital

user
Endang Saputra 14 Oktober 2018, 10:26 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebanyak 90 peserta dari kalangan milenial muslim akan mengikuti silaturahmi Bhinneka, kegiatan bertandang ke berbagai rumah ibadah dari 6 agama yang berbeda di wilayah Cilincing, Jakarta Utara, dan berkesempatan untuk berinteraksi dengan para pemuka agama dari masing-masing rumah ibadah.

Setelah itu, para peserta juga akan mengundang perwakilan remaja dari beragam latar belakang agama seperti Budha, Hindu, Konghucu, Katolik dan Kristen Protestan untuk hadir di acara workshop, untuk berdiskusi santai sesama remaja mengenai perbedaan-perbedaan yang ada di antara mereka.

Silaturahmi ini diharapkan dapat mengajarkan nilai dan sikap toleransi, dan mampu meruntuhkan persepsi negatif yang mungkin ada di antara para pemeluk agama yang berbeda. Kegiatan ini adalah bagian dari workshop bagi para finalis kompetisi konten digital yang diadakan oleh Milenial Islami, yang akan berlangsung pada tanggal 11-14 Oktober 2018, di Wisma Hijau, Depok, Jawa Barat.

Para peserta yang terdiri dari 90 remaja usia sekolah menengah atas serta mahasiswa strata satu dan sederajat, hadir dari berbagai wilayah di Indonesia, termasuk dari Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Para peserta ini terpilih dari seleksi ketat kompetisi pembuatan konten digital Milenial Islami, yang terbuka bagi para milenial dengan tujuh kategori, yakni; esai, foto, komik, meme, vlog, animasi dan video pendek. Panitia menerima lebih dari 2.400 karya yang masuk dari seluruh Indonesia.

Dalam workshop selama empat hari tersebut, para peserta akan mendapatkan materi mengenai pentingnya pemahaman Islam yang moderat dan mengedepankan sikap toleransi di antara sesama manusia, tanpa memandang latar belakang agamanya. Nilai utama ajaran Islam ini diterjemahkan secara sederhana dalam ikrar "meyakini Islam di hati" yang berarti keimanan dan keislaman bagi pemeluknya, serta ikrar "menghargai keragaman insan di bumi" yang berarti perilaku saling menghargai dan menghormati terhadap setiap manusia yang berbeda-beda dari sisi latar belakang suku, bahasa dan bahkan agama di dunia ini, sebagai sebuah sunatullah. Dalam kampanye di media sosial, tagar yang kami gunakan adalah #meyakinimenghargai.

Selain itu, dalam workshop ini para peserta akan mendapatkan materi mengenai pentingnya bahaya hoaxs bagi kerukunan umat beragama secara khusus, serta kerukunan hidup berbangsa secara umum. Telah banyak bukti yang menunjukkan di banyak konflik horizontal bahwa hoaxs adalah penyebabnya. Oleh karenanya, para milenial perlu ambil bagian untuk melawan hoaxs dan menggunakan media sosial sebagai sarana untuk menyebarluaskan pesan damai dalam Islam.

Sebagai tambahan, para peserta ini juga mendapatkan pengetahuan teknis mengenai bagaimana memproduksi dan memasarkan konten digital, dari sejumlah narasumber ternama seperti Yoris Sebastian, Pangeran Siahaan, Otoy Cihuy, dan nama tenar lainnya.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Milenial Islami dengan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta (PPIM UIN Jakarta) melalui program CONVEY - Fostering Tolerant Religious Education to Prevent Violence Extremism, dan Peace Generation sebagai campaign partner.

Kredit

Bagikan