Mahasiswa ITB aplikasikan teknologi lewat kegiatan KKN tematik

user
Endang Saputra 22 September 2018, 15:07 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebanyak 195 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik ITB 2018 di Desa Cihea, Kecamatan Haurwangi, Kabupaten Cianjur. Dalam KKN tahun ini, ITB mengusung tema 'Citarum Harum Lestari' yang sejalan dengan program pemerintah Indonesia dalam mewujudkan Sungai Citarum yang bersih

Ketua Lembaga Kemahasiswaan ITB, Dr. Eng. Sandro Mihradi mengatakan, KKN Tematik ITB 2018 kali ini memilih Desa Cihea lantaran lokasinya berada di salah satu titik sungai Citarum yaitu di antara waduk Saguling dan waduk Cirata. Kondisi penduduk desa Cihea yang berjumlah 8.049 jiwa tersebut, hampir 80 persennya bekerja di perkebunan pisang.

"Tema ini sengaja diusung untuk mendukung program pemerintah, Citarum Harum. Jadi bagaimana mengembalikan fungsi Citarum. Karena ini kan masalah sangat kompleks dari hulu ke hilir, sehingga butuh kerjasama semua pihak dan ITB turut ambil bagian dalam mendukung program itu," ujar Sandro kepada Merdeka Bandung, Jumat (21/9).

Sandro mengungkapkan, dalam kegiatan KKN termatik kali ini terbagi menjadi empat kelompok yaitu agroforestry, infrastruktur, air, dan pendidikan. Hal ini disesuaikan dengan kebutuhan yang ada di wilayah tersebut. Peserta KKN Tematik ITB 2018 ini disebar di beberapa dusun yang ada di Desa Cihea, seperti Dusun Bantarkalong (agroforestry), Dusun Cimurah, Cipicung, Sukaluyu, dan Sekbrak (infrastruktur), Dusun Cipicung, Sukaluyu, dan Cimurah (air), serta Dusun Tangkolo (pendidikan).

Menurut Sandro, tema Agroforesty ini sengaja diangkat karena di salah satu kampung yang berada di Desa Cihea yakni Kampung Bantar Kalong terdapat ancaman erosi pinggiran Sungai Citarum beserta pendangkalan. Hal ini diakibatkan tanaman di kawasan Citarum berupa perkebunan pisang tidak bisa menyerap air secara optimal, sehingga besar kemungkinan terjadi erosi dan pendangkalan Citarum.

"Oleh karena itu, KKN Tematik ITB 2018 mengadakan program penanaman kembali pohon-pohon penyerap air seperti pohon suryan, bambu kuning, dan tanaman palawija. Selain itu, dibangun pula screen house dan kolam ikan gurame," katanya.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur terutama MCK menjadi salah satu persoalan di wilayah tersebut. Di bagian barat dari Desa Cihea terdapat Kampung Cimurah, Cipicung, Sukaluyu, dan Sekbrak. Keempat kampung tersebut sangat minim akan ketersediaan MCK.

Dia mencontohkan, di kampung Sekbrak hanya terdapat 5 MCK yang layak pakai dari total 70 kepala keluarga (KK). Sementara di Sukaluyu tidak terdapat MCK sama sekali dari 19 KK. Di Cipicung belum terdapat MCK di fasilitas umum yaitu di masjid. Bahkan di Cimurah banyak dari warga yang melakukan pembuangan akhir di Sungai Cihea. Hal tersebut menyebabkan kemungkinan tercemarnya bakteri E-coli pada air tanah dan air sungai Cihea yang bermuara ke Sungai Citarum. Oleh karena itu, KKN Tematik ITB 2018 mengadakan program pembuatan MCK dan septic tank.

"Karena MCK disana barang langka. Ini kita kerjasama dengan Kementrian PUPR. ITB juga menyumbangkan Biofilter. Alat ini berfungsi untuk mengolah air limbah domestik dan kemudian dijernihkan. Hasil dari pengolahan itu kemudian keluar itu jadi air biasa. Itu salah satu yang diterapkan lewat Biofilter,"ucapnya.

Mahasiswa KKN ITB juga membuat transmisi distribusi air warga di Kampung Cipicung, Sukaluyu, dan Cimurah. Sebelumnya warga di kampung ini masih menggunakan cara tradisional yaitu berupa bambu dan pipa kecil yang mengalir ke balong tiap rumah warga.

"Warga memakai air pada balong tersebut untuk kebutuhan air sehari-hari. Hal tersebut memungkinkan berkembang biaknya nyamuk serta munculnya penyakit malaria dan demam berdarah. Oleh karena itu, KKN Tematik ITB 2018 mengadakan program pembuatan bendungan, tampungan air, dan memperbaiki saluran distribusi air," ungkapnya.

Selain itu, para mahasiswa KKN ITB juga berkesempatan untuk mengajar kepada anak-anak di Desa Cihea. Kegiatan ini menjadi kesempatan bagi para mahasiswa ITB untuk menularkan ilmunya. Anak anak usia dini disana diajarkan pelajaran sekolah sekaligus untuk memotivasi mereka untuk belajar.

"Program KKN Tematik diharapkan bisa memberikan kontribusi pada masyarakat sekitar dan mampu membawa perubahan baik pada pribadi mahasiswa. Dimana mahasiswa bisa belajar bagaimana mengaplikasikan keilmuan yang mereka pelajari di kampus, berinteraksi dengan masyarakat, khususnya di desa dengan segala keterbatasannya," katanya.

Kredit

Bagikan