Marak kasus bullying, orangtua punya peran penting bentuk karakter pribadi anak

user
Mohammad Taufik 11 September 2018, 14:08 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kasus bully atau perundungan yang menimpa seorang bocah di SDN 023 Pajagalan Kota Bandung seharusnya menjadi pengingat bagi orang tua untuk selalu mengawasi tingkah laku anaknya. Betapa tidak, orangtua memiliki peran penting dalam pembentukan karakter pribadi anak.

Ketua Yayasan Cendikia Muda, Reyhanani Bahar mengatakan, sesungguhnya perilaku bullying kemungkinan juga berasal dari rumahnya. Sehingga perlu adanya intropeksi.

"Orangtua tentunya peka terhadap perilaku anak dan pembelajaran di sekolah. Sebab sekolah bukanlah bengkel, tapi lingkungan sekolah tidak bisa instan merubah karakter anak," ujar Reyhanani kepada awak media di Bandung, Selasa (11/9).

Menurutnya, orang tua harus menjadi contoh yang baik bagi anaknya. Hal ini dapat ditunjukan langsung lewat perilaku. Selain itu orang tua juga harus intens membangun komunikasi dengan anak.

"Kasus bullying ini marak terjadi di sekolah dasar, suatu kondisi dimana tidak terpantau oleh sekolah ataupun juga oleh civitas akademika.Korban bullying juga cenderung tertutup dan menyembunyikan kasus tersebut. Maka disinilah peran orangtua dalam pembentukan karakter pribadi anak," katanya.

Di sisi lain, Reyhanani pun menghimbau kepada pemerintah dan dewan untuk menguatkan kompetensi inti dari kurikulum 2013 yaitu learning and empowerment. Learning and empowerment ini terdiri dari bidang akademik, psikologis atau spiritual dan fisik. Menurut dia, pada umumnya yang dikuatkan selama ini yakni di bidang fisik saja, sehingga psikologis atau spiritual kurang terpantau. Akibatnya sekolah tidak sehat secara psikologis atau spiritual.

"Saya mengimbau kepada pemerintah, terutama kepada komisi D membuat peraturan, menginisiasi ide kepada dinas pendidikan kota Bandung untuk menguatkan kompetensi inti dari kurikulum 2013 yaitu learning and empowerment," ucap lulusan S2 Pengembangan Kurikulum UPI ini.

Selain itu, bagi civitas akademika khususnya guru, untuk senantiasa memiliki role model bagi dirinya. Role model ini sebagai acuan atau panutan bagi guru agar didalam proses mengajar.

"Bila akhlak guru baik maka dapat dijadikan contoh bagi murid yang melihatnya," ungkapnya.

Kredit

Bagikan