Cegah aksi radikal, mahasiswa harus aktif jangan bangun budaya permisif

user
Endang Saputra 06 September 2018, 13:08 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Suhardi Alius mengatakan, sudah dua bulan belakangan ini pihaknya tengah aktif berkeliling kampus-kampus di Indonesia untuk memberikan pencerahan perihal bagaimana untuk mengidentifikasi masalah radikalisme dalam perspektif negatif.

Masalah aksi radikal yang terjadi dikalangan mahasiswa tentu saja harus diantisipasi. Sikap acuh tak acuh serta budaya permisif harus dihindari. Kini, para mahasiswa harus membangun rasa kepedulian yang sangat tinggi terhadap diri sendiri dan lingkungan tentunya. Jangan sampai aksi radikal justru berkembang bebas karena sikap cuek yang terbangun dikalangan mahasiswa.

"Jangan membangun budaya permisif. Kalau ada kesalahan atau sesuatu yang tidak lazim itu jangan dibiarkan. Justru kalau dibiarkan itu akan menjadi sumber masalah buat kita," ujar Suhardi kepada Merdeka Bandung saat ditemui dalam acara Program Pengenalan Universitas (PPU) di Gedung Auditorium (GSG) Widyatama, Jalan Cikutra, Kamis (6/9).

Budaya permisif adalah pola asuh yang menekankan ekspresi diri dan pengaturan diri sendiri. Sementara itu, salah satu sumber penyebaran maraknya aksi radikal ini berasal dari media sosial yakni secara online. Kedekatan anak muda masa kini dengan media sosial seolah tak bisa dipisahkan dan itu harus menjadi perhatian. Hal tersebut menjadi terikat dengan maraknya aksi radikal belakangan ini.

"Sekarang sumbernya dari media sosial, jadi kearifan dalam memfilter dan memverifikasi semua informasi yang masuk itu harus sangat diperhatikan. Kalau ada keliru, kita harus berani mengkoreksi atau laporkan saja kepada perangkatnya seperti Dekan atau Rektor ya bagi mahasiswa biar nanti sama-sama kita cari solusinya," terangnya.

Sebagai generasi penerus bangsa, kata Suhardi, para mahasiswa seharusnya menjalani tugasnya dengan baik dan melakukan berbagai kegiatan positif. Para mahasiswa juga merupakan pengawal publik saat ini jadi harus lebih telaten dan jangan termakan berita yang masih simpang siur.

Sementara itu, sebagai pencegahan terjadinya aksi radikal khususnya yang mengarah kepada perlakuan terorisme, pihak Universitas Widyatama melakukan berbagai upaya sebagai pencegahan. Salah satunya adalah membangun sikap berani untuk melaporkan bisa ada tindak tanduk mahasiswa yang mencurigakan khususnya pada area kampus.

"Yang kita lakukan adalah membantu pemerintah bukan hanya Widyatama sendiri untuk penanggulangan masalah teroris. Sedini mungkin mahasiswa baru di sini semua kita beri pengetahuan. Cara yang kami lakukan adalah melakukan pengawasan di area kampus kan di sini ada Senat dan ada kode etik jadi mahasiswa bisa saling lihat kalau ada yang tidak sesuai dan saling melaporkan," kata Rektor Universitas Widyatama, Islahuzzaman.

Kredit

Bagikan