Delegasi Tunisia dan Maroko pelajari pembuatan vaksin ke Bio Farma
Bandung.merdeka.com - Delegasi Tunisia dan Maroko yang mewakili Kementerian Kesehatan, industri vaksin institute Pasteur de Tunis serta Institut Pasteur du Maroc, mengunjungi Bio Farma, Selasa (28/8) untuk mempelajari pembuatan vaksin mulai dari hulu ke hilir.
Indonesia yang sudah ditetapkan menjadi Pusat Penelitian Vaksin di Organisasi Kerjasama Islam (OKI) untuk bidang Vaksin dan Bio Teknologi pada Desember 2017 yang lalu, mulai menarik perhatian negara anggota OKI antara lain Tunisia dan Maroko, untuk mencari pengalaman dan pengetahuan mengenai pembuatan vaksin dari hulu sampai ke hilir untuk pembuatan vaksin.
Direktur Utama Bio Farma, M. Rahman Roestan mengatakan, dari 57 negara anggota OKI, hanya sekitar tujuh negara yang sudah memiliki pabrik vaksin dinegaranya, antara lain Indonesia, Saudi Arabia, Maroko, Tunisia, Mesir, Senegal, dan Iran, dan dari ketujuh negara tersebut, namun yang sudah diakui oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) untuk vaksin dasar hanya Indonesia.
"Indonesia merupakan satu dari tujuh negara yang produk vaksin dasarnya sudah diakui oleh WHO, sehingga ini menjadikan delegasi Tunisia dan Maroko tertarik untuk belajar bagaimana manajemen dan produksi vaksin, Bio Farma dengan expertise yang udah diakui WHO, dengan senang hati untuk sharing dengan negara OKI lainnya," ujar Rahman dari keterangan tertulis yang diterima Merdeka Bandung, Selasa (28/8).
Rahman menambahkan, saat ini sudah berjalan supply vaksin ke Saudi Arabia, kerjasama ini untuk memenuhi kebutuhan vaksin di negara arab dan negara-negara teluk.
Mengenai produk vaksin yang akan dibantu oleh Bio Farma, untuk kerjasama ini antara lain, produk imunisasi dasar seperti Polio, campak, tetanus, difteri, pertusis dan yang terbaru adalah pentavalen, (DTP, Hb, Hib), sehingga meraka bisa memproduksi dan memenuhi kebutuhan vaksin secara mandiri.
Selain sharing mengenai produksi vaksin, Bio Farma juga akan mengajak negara anggota OKI, untuk melakukan penelitian secara bersama-sama untuk menemukan vaksin baru, untuk pencegahan penyakit baru, atau inovasi lainnya.
"Negara anggota OKI, memiliki banyak peneliti, yang bisa kita gabungkan untuk menemukan untuk penyakit baru kedepan dan tantangan kita adalah untuk menemukan vaksin dengan material yang tidak diragukan kehalalannya," jelasnya.
Program kerjasama penguatan Indonesia-Morocco-Tunisia Development Cooperation melalui Reverse Linkage (RL) ini dilaksanakan pada 27 hingga 30 Agustus 2018, di Jakarta dan Bandung, atas dukungan dari Menteri Perencanaan dan Pengembangan Nasional atau BAPENNAS, Kementerian Kesehatan, Badan POM, dan Bio Farma.