ITB bersama Universitas Mataram ikut merehabilitasi pasca-gempa bumi di Lombok

user
Mohammad Taufik 11 Agustus 2018, 17:31 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Institut Teknologi Bandung (ITB) telah membentuk tim satgas yang bertugas menyusun rencana dan aksi bantuan untuk bencana gempa bumi di Lombok, Nusa Tenggara Barat. Tim tersebut akan melakukan assessment kelayakan bangunan publik, melaksanakan program penyediaan fasilitas air minum, serta mempelajari potensi gempa ke depan.

Sekretaris LPPM-ITB bidang pengabdian pada masyarakat, Irwan Meilano, mengatakan tim satgas ITB telah berangkat dan dibagi dalam beberapa gelombang. Tim ITB akan fokus terhadap rehabilitasi pasca gempa sesuai bidang risetnya masing-masing. Tim yang berangkat pada Jumat, 10 Agustus kemarin, terlebih dulu melakukan koordinasi dengan LPPM - Unram.

Menurut Irwan, ada empat kontribusi yang akan dilakukan oleh ITB, yaitu pembuatan hunian sementara dari bahan lokal bambu. Beberapa desain untuk hunian ini telah disiapkan untuk diaplikasikan di lokasi. Kedua, penyediaan kebutuhan air bersih terutama yang dekat dengan perkotaan sebab saluran air dari PDAM rusak. Kerja sama ini melibatkan pula tim dari LAPI Indowater.

Kemudian ketiga, yaitu assessment kualitas bangunan untuk mengetahui bagaimana kerusakan akibat gempa. Assessment ini juga bekerja sama dengan pihak Universitas Mataram (Unram). Keempat menganalisis potensi bencana ke depan melalui pemasangan seismometer di beberapa titik lokasi.

Pasca-pertemuan dengan LPPM-Unram, tim dari ITB dibagi menjadi tiga sub-kerja. Tim pertama dikoordinir oleh Iswandi Imran, dari Pusat Penelitian Mitigasi Bencana (PPMB). PPMB bersama tim Unram dan PU (Pekerjaan Umum) melakukan assessment bangunan di Unram.

"Hari ini (masih lanjut melakukan assessment bangunan Unram dan memeriksa minaret yang tinggi serta beberapa sekolah," ujar dia dalam siaran persnya, Sabtu (11/8).

Kemudian tim kedua, yaitu Endra Gunawan dari KK Geofisika Global FTTM ITB, yang bersama Unram mempersiapkan monitoring kegempaan. Sementara tim ketiga, adalah PPMB dan Ketua LPPM-Unram yang sedang mempersiapkan keberangkatannya menuju ke Desa Selat, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat.

Desa Selat merupakan rekomendasi dari Ketua LPPM-Unram, karena merupakan desa yang paling terdampak di Kabupaten Lombok Barat. Dari 2104 KK di Desa Selat, 1142 rumah rusak ringan sampai hancur, dengan 5340 pengungsi.

Di desa tersebut, tidak ada korban jiwa, karena warga langsung keluar rumah begitu terasa ada gempa yang awalnya terasa kecil, lalu membesar. Beberapa yang terperangkap dapat diselamatkan keluarga atau tetangga. Di desa itu, kata Irwan, kebetulan sedang ada 11 mahasiswa yang KKN, semula mengenai pupuk organik, berubah menjadi KKN kebencanaan, dan mereka yang menjaga posko di kantor desa yang juga rusak.

"Tenda-tenda yang ada sebagian besar didirikan oleh warga. Belum ada pihak lain lagi yang masuk. Bantuan masuk lebih berupa makanan, kebutuhan pokok dan tim medis.Pak Sekdes dan Ketua LPPM-Unram sangat berharap desa selat ini dapat menjadi desa binaan ITB, dan dapat dibangun prototype huntara bambu di desa ini," katanya.

Irwan menambahkan, Sekdes dan Ketua LPPM-Unram sangat berharap Desa Selat ini dapat menjadi desa binaan ITB, dan dapat dibangun prototype hunian sementara (huntara) bambu di desa ini. Di Desa Selat juga memungkinkan dibuat hunian sementara dari bambu sebab bambu di sana banyak tersedia. Tim juga bisa menggunakan tali bambu untuk ikatan, semen, terpal dan bahan material lainnya tersedia.

"Pak Sekdes berharap dapat membangun prototype selain huntara yang dapat digunakan bersama, juga huntara untuk KK, karena dirasakan perlu sekali memiliki huntara skala KK. Harapannya dapat terjadi transfer knowledge ke warga dalam tata cara membangun huntara bambu ini, sehingga nantinya mereka bisa membangun sendiri," ucapnya.

Desa Selat juga memiliki kondisi tanah yang dapat mengamplifikasi gelombang gempa. Sebab di sekitarnya banyak persawahan. Namun air sungai dan PDAM di sana menjadi keruh, sedang air sumur jernih. "Ketua LPPM-Unram juga mengusulkan bagaimana jiika dipilih tiga desa masing-masing satu dari Lombok Barat, Lombok Utara, dan Lombok Tengah sebagai desa binaan, dan dibangunkan prototype," katanya.

Sementara itu Tim ITB juga akan membuat peta detail Desa Selat. Pembuatan peta ini akan menggunakan drone yang akan dibuat oleh Deni Suwardhi, Kelompok Keahlian Inderaja dan Sains Informasi Geografis, dan Ir. Mipi Ananta Kusuma, Kelompok Keahlian Geodesi, dari Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian. Adapun luas area yang akan dipetakan yakni sekitar 400-500 hektare.

Dari Lombok, Iswandi menyampaikan, berdasarkan pengamatan yang telah dilakukannya, di wilayah Mataram kinerja struktur yang engineered (direkayasa) sudah baik. Namun problem yang dihadapi lebih kepada komponen-komponen non struktural yang kurang diperhitungkan dampaknya jika terkena gempa, serta inkonsistensi antara desain dan pelaksanaannya.

"Permasalahan yang banyak ditemui adalah pada bangunan non-engineered. Bangunan tersebut kebanyakan dibangun tanpa memperhatikan kaidah-kaidah bangunan tahan gempa," ucapnya.

Hari ini, Iswandi tengah menjelaskan tahapan-tahapan untuk assessment struktur bangunan ke sejumlah staf dan mahasiswa di Unram untuk bersama-sama mengidentifikasi sejauh mana bangunan publik seperti sekolah, masjid, perguruan tinggi, yang masih aman dan bisa dimanfaatkan.

Kredit

Bagikan