Mengenal sejarah kopi gayo lewat karya Irfan yang sangat apik
Bandung.merdeka.com - Dalam sebuah ruang kosong, hanya tiga sisi dinding terisi 30 karya foto dan 15 karya tulisan ilmiah yang terpajang secara rapih. Seluruhnya bercerita perihal kopi gayo asal serambi mekkah. Ini adalah karya dari Irfan Kamil Muhammad. Ia merangkum hasil risetnya lewat sebuah pameran bertajuk ‘The Highland of Gayo’.
Bukan sekedar pameran biasa. Kata pemilik nama asli Muhammad Irfan Nugraha Kamil Abdullah, ini merupakan embrio atau sampling mengenai sebuah cerita sejarah kopi gayo yang akan dibeberkannya dalam buku dan film. Irfan sendiri bukanlah seorang ahli kopi. Namun, ia memiliki ketertarikan lebih terhadap salah satu kopi terkenal di Nusantara itu.
"Saya hanya seorang peminum kopi yang punya ketertarikan terhadap sejarah kopi gayo. Untuk itulah saya mengerjakan penelitian sejak November 2017 hingga Februari 2018. Lalu, ini adalah embrio atau sampling tentang cerita yang nantinya akan saya bahas dalam buku," ujar Irfan kepada Merdeka Bandung, Selasa (17/7).
Digelar selama dua hari hingga Rabu (18/7), kata Irfan, ini merupakan pembukaan dari sebuah karya besar bertitle ‘Swarna Dwipa’. Nantinya, hasil riset yang dilakukan pria berusia 28 tahun itu akan menjadi karya film dan buku. Rencananya, terelebih dahulu buku yang akan dirampungkan, baru film.
Dengan hadirnya gelaran pameran ini, Irfan berharap bahwa akan ada lebih banyak pihak seperti peneliti atau akademisi yang lebih peduli untuk mencatat literatur, seperti sejarah kopi gayo. Soalnya, lanjut dia, Indonesia memiliki banyak sejarah namun tak tercatatkan hingga akhirnya peneliti kedua seperti Irfan yang menuliskan perihal sejarah tersebut.
"Jangan sampai sekarang yang kita miliki justru ditulis sama orang asing. Makanya saya berharap ada banyak peneliti atau akademisi yang peduli soal sejarah ini dan mencatatkannya. Sayang sekali, Indonesia memiliki sejarah yang banyak sekali tapi tidak tercatatkan," papar dia.
Uniknya dari pameran ini, Irfan mengabadikan semua momen lewat jepretan kamera ponsel. Ia mendobrak pakem pameran fotografi yang biasanya dilakukan oleh para profesional dengan kamera berkualitas jempolan. Bukan soal kualitas, pria berkumis ini berupaya untuk menawarkan sebuah cerita dibalik karyanya.