Kasus Thalasemia paling tinggi di Jawa Barat

user
Endang Saputra 09 Mei 2018, 09:43 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Jawa Barat menjadi wilayah dengan jumlah kasus Thalasemia paling tinggi di Indonesia. Dari total sekitar 9 ribu penyandang Thalasemia secara nasional, sebanyak 40 persen atau 3.264 ada di Jawa Barat.

Hal itu disampaikan Konsultan Hematologi Onkologi dari Rumah Sakit Umum Pemerintah Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, Susi Susanah dalam acara peringatan Hari Thalasemia Internasional yang jatuh 8 Mei. Acara ini digelar oleh Yayasan Thalassemia Indonesia (YTI) Jawa Barat dan Perhimpunan Orang tua Penderita Thalasaemia Indonesia (POPTI) Cabang Jawa Barat di Trans Studio Bandung (TSB), Kota Bandung, Selasa (8/5).

Susi mengatakan, Thalasemia merupakan penyakit kelainan darah yang diakibatkan oleh faktor genetika. Kelainan darah ini ditandai dengan kondisi sel darah merah yang mudah rusak yaitu tiga sampai empat kali lebih cepat dibanding sel darah normal. Jika sel darah nornal memiliki umur 90- sampai 120 hari, maka sel darah merah penderita Thalasemia hanya bertahan 23 hari.

"Di Indonesia ini banyak (penyandang Thalasemia), dari sekian banyak itu 9.000 yang tercatat yang mayor (berat) dan dari jumlah itu 40 persen ada di Jawa Barat," ujar Susi kepada wartawan, Selasa (8/5).

Susi mengatakan, pertumbuhan kasus Thalasemia sebagai kelainan anemia hemolitik di Jawa Barat menunjukkan angka yang tinggi dengan pencapaian angka 3.264 penyandang talasemia di akhir tahun 2017. Jumlah ini menunjukkan 40,2 persen dari total kasus talasaemia nasional dan menempatkan Propinsi Jawa Barat pada peringkat tertinggi untuk jumlah penyandang talasemia.

Dia mengungkapkan, penyandang Thalasemia tersebar merata di seluruh wilayah Jawa Barat. Apalagi, Jawa Barat merupakan wilayah yang masuk dalam garis sabuk Thalasemia di dunia.

"Jawa Barat ini masuk dalam garis Sabuk Thalasemia dunia. Di Jawa Barat tidak ada wilayah yang bebas Thalasemia," katanya.

Susi mengatakan, bahwa di wilayah Bandung Raya sendiri kulah penyandang Thalasemia ada sekitar 800. Sementara di Kota Bandung ada sekitar 300. Sebagian besar penyandang Thalasemia berobat ke RSHS.

Susi memperkirakan jumlah penyandang Thalasemia di Jawa Barat sebenarnya bisa jauh lebih tinggi. Sebab data tersebut didapat dari pasien yang mendaftar ke rumah sakit di Jawa Barat.

"Dengan adanya program jaminan sosial kesehatan akhirnya banyak pasien yang berobat ke rumah sakit dan terdeteksi.
Taller sangat bergantung pada transfusi darah dan obat-obatan.Dalam sebulan biaya yang dikeluarkan minimal Rp.10 juta. Bahkan satu tahun biaya untuk transfusi darah dan obat-obatan bagi taller bisa mencapai Rp 400 juta," katanya.

Namun demikian, saat ini biaya pengobatan bagi penyandang Thalasemia sudah ditanggung BPJS Kesehatan. Sehingga dapat mengurangi beban mereka.

Menurut Susi, Thalasemia dapat dicegah dengan upaya deteksi dini yakni dengan menghindari pernikahan sesama penyandang atau pembawa sifat Thalasemia. Sehingga dianjurkan sebelum menikah, calon pasangan mengetes darah untuk bisa mengetahui potensi penurunan penyakit talasemia pada keturunannya.

"Kalau calon ibu dan ayah ingin tetap menikah kemungkinan anaknya lahir 25 persen normal, 50 persen pembawa sifat dam 25 persen akan melahirkan Thalasemia mayor," ungkapnya.

Ketua Panitia peringatan Hari Thalassemia Internasional Asep Kusmayadi mengatakan, pada puncak peringatan Hari Thalasemia Internasional ini, YTI dan POPTI menggelar acara bertajuk 'Thalasemia Family Day 2018' di Trans Studio Bandung. Dengan mendukung kegiatan hiburan yang mendidik dengan harapan dapat memberikan dampak psikologis yang baik bagi penyandang Thalasemia di Jawa Barat.

"Karena Thalasemia tidak hanya penyakit secara fisik tetapi psikologis juga kena. Mereka lebih mudah putus asa kalau yang merasa tidak kuat. Makanya semoga ini bisa jadi hiburan penguat mereka," ucap dia.

Menurut Asep, sebelumnya pihaknya menggelar beragam acara mulai dari sosialisasi Thalasemia di perguruan tinggi hingga donor darah. Dalam kegiatan Thalasemia Family Day 2018 diikuti oleh 529 penyandang Thlasemia dari seluruh Jawa Barat.

Kredit

Bagikan