Mengenal lebih dekat kampung barang bekas antik di Bandung

user
Endang Saputra 07 April 2018, 12:04 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Tidak salah memang jika Kota Bandung dijuluki sebagai kota kreatif. Beragam karya-karya kreatif dihasilkan oleh warga Bandung. Hal ini merupakan buah dari hadirnya kampung-kampung kreatif.

Kampung barang bekas antik (Rastik) merupakan salah satu kampung kreatif di Kota Bandung. Kampung Rastik di di Jalan Pamitran IV/22 RT 05 RW 09 Cipadung Kulon Kecamatan Panyileukan, warganya mengubah barang-barang bekas menjadi beragam karya-karya bernilai seni.

Enie Mu'alifah (43), merupakan salah satu penggagas Kampung Rastik. Enie bersama 10 warga RT 05, memanfaatkan barang-barang bekas menjadi beragam asesoris, produk fashion, souvenir, bouqet hingga, gapura.

Enie mengaku mengawali ide untuk membuat beragam karya dari barang bekas pada awal tahun 2000. Dia melihat barang-barang bekas seperti plastik, karung serta beragam limbah rumah tangga yang hanya terbuang di tempat sampah.

Seiring berjalannya waktu, para tetangga yang berada di sekitar rumahnya banyak yang tertarik dengan karya Enie dan mulai untuk belajar. Hingga pada tahun 2017 mereka sepakat mendeklarasikan kampung Rastik yang berada di lingkungan rumah mereka.

"Jadi awalnya saya sendiri, terus yang lain ke ibu-ibu. Jadi kita hayuk bareng-bareng biar mereka bisa berekspresi. Ternyata bisa juga. Kemudian kita bikin tim namanya Rastik Sekar Jagad pada tahun 2017. Itu ada SK dari kelurahan," ujar Enie kepada Merdeka Bandung saat ditemui di lokasi.

Enie mengatakan, awalnya mereka membuat beragam karya fashion seperti baju yang dibuat dari limbah plastik. Awalnya mereka membuat karya tersebut untuk ikut perlombaan. Event 17 Agustusan menjadi awal untuk memamerkan karya-karya mereka. Tak hanya linbah plastik, paduan dari linbah lainnya seperti kulit bawang, cangkang telur, limbah karung menjadi penghias pada setiap karya mereka.

Karya-karya tersebut rupanya mendapat apresiasi dari masyarakat. Mereka pun percaya diri untuk mengikuti perlombaan tingkat kecamatan. Hasilnya mereka berhasil keluar sebagai juara 1 dari karya fashion yang terbuat dari limbah. Hal ini pun rupanya terus berlanjut hingga kembali menjadi juara 1 untuk tingkat kota dalam event Bandung Clean Festival 2017.

Hasil dari kerja keras yang dilakukan selama ini membuat nama Rastik Sekar Jagad semakin dikenal. Dari situlah Enie beserta rekan-rekan mulai mengembangkan karyanya. Tak sekadar produk fashion, karya dari bahan dasar limbah ini merambah menjadi beragam karya seperti aksesoris dan beragam souvenir.

"Dari situ kita berlari ke alat dapur, alat elektronik. Kita bikin karya-karya lain dari limbah-limbah itu. Konsepnya artistik," ucap Eni yang belajar secara otodidak.

Enie mengungkapkan, untuk bahan dari limbah sendiri, dirinya sengaja mencari bahan-bahan tersebut bahkan hingga ke tukang rongsokan. Selain itu juga dia mengumpulkan arang-barang bekas dari warga.

"Saya biasanya cari dari tempat rongsok atau kita dari kumpulin warga
Saya juga sering mulung di pinggir jalan. Saya dijulukin ratu pulung," ucap Enie.

Banyaknya masyarakat yang mulai mengetahui karyanya, membuat beragam pesanan datang. Sebagian besar pesanan untuk aksesoris dan souvenir. Namun ada juga pesanan untuk produk fashion. Untuk kisaran harga yang paling murah dibanderol Rp 100 ribu. Sementara untuk yang paling mahal Rp 750 ribu yakni kostum.

"Untuk aksesoris biasanya yang pesan dari perusahaan. Kalau kostum perorangan. Mereka yang beli biasanya untuk dilombakan lagi," kata dia.

Disinggung soal cara pemasarannya, Enie mengaku hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Dia enggan menggunakan media pemasaran digital seperti halnya medsos untuk memasarkan karyanya.

"Ya tidak apa-apa. Selama ini memang dari mulut ke mulut saja. Kita bener-bener ingin menjaga kualitas, engga pengen disebar-sebar," ungkapnya.

Terlepas dari itu semua, Enie menyebut jika karyanya tersebut bukanlah soal bisnis semata. Melalui karyanya itu dia ingin mengingatkan kepada masyarakat agar lebih menghargai barang.

"Ada pesan yang ingin Saya sampaikan lewat karya Saya ini. Ini sebagai pengingat ke semua untuk selain lebih menggali potensi juga lebih menghargai barang. Tidak perlu hidup yang konsumtif, main buang. Setiap barang yang tidak terpakai pun jika jeli bisa dimanfaatkan sebagai barang yang bernilai," katanya.

Kredit

Bagikan