Jangan berikan stigma negatif kepada anak down syndrome

Anggota Persatuan Orang Tua dengan Anak Down Syndrome (POTADS) Kota Bandung Rina Niawati
Bandung.merdeka.com - Tidak banyak perbedaan antara anak down syndome dengan anak reguler lainnya. Mereka hanya memiliki keterbatasan dan keterlambatan dalam hal intelektual. Selebihnya, sama.
Hal itu dikemukakan Rina Niawati (43), anggota Persatuan Orang Tua dengan Anak Down Syndrome (POTADS) Kota Bandung pada Bandung Menjawab di Balai Kota Bandung, Selasa (6/3/).
Down Syndrome adalah kelainan genetik pada kromosom 21 yang menyebabkan perbedaan fisik maupun kemampuan intelektual pada manusia. Perbedaan ini dapat dideteksi sejak usia 2,5 bulan di dalam kandungan.
"Secara fisik anak down syndrome memang berbeda, wajahnya hampir sama, maka banyak disebut dengan anak seribu wajah," kata Rina.
Secara intelektual, anak down syndrome pun memiliki keterlambatan. Tetapi mereka memiliki kemampuan lain yang juga tidak kalah dengan anak reguler lainnya.
"Secara fisik mereka kuat. Kalau olahraga atau kesenian mereka bagus, karena mereka sangat teliti. Bagusnya di situ. Tidak heran, banyak anak down syndrome yang memiliki bakat di dalam olahraga atau berkesenian," ucapnya.
Hanya saja, Rina masih memiliki kekhawatiran ketika anak-anak down syndrome diberi stigma negatif oleh masyarakat. Rina menuturkan, banyak orang yang merasa takut berdekatan dengan anaknya.
"Orang mengira takut galak, takut gigit, dan semacamnya. Padahal tidak. Mereka lucu kok, mereka baik," ungkapnya.
Oleh karena itu, ia bersama komunitas POTADS Kota Bandung akan menggelar acara untuk memberikan kesadaran, informasi, dan sosialisasi kepada masyarakat tentang down syndrome. Kegiatan peringatan Hari Down Syndrome Sedunia itu akan dilaksanakan pada 25 Maret 2018 di Parkir Barat Gedung Sate, Jalan Diponegoro Kota Bandung.
Di sana, komunitas yang berdiri sejak 2012 itu akan menghadirkan 650 anak Down Syndrome se-Jawa Barat untuk menghilangkan stigma negatif masyarakat terhadap down syndrome. Akan hadir pula para praktisi kesehatan, terapis, dokter, dan masyarakat umum.
"Perlu ditekankan, Down Syndrome itu bukan penyakit, bukan pula akibat keturunan. Ini bisa terjadi pada siapa saja yang Tuhan kehendaki," katanya.
Semenjak lahir, anak down system harus diberi penanganan secara intensif. Pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh harus dilakukan untuk.mendeteksi apakah ada kelainan pada organ lainnya, terutama jantung. Sebab, 30% penyandang Down Syndrome memiliki gangguan pada jantungnya.
"Jadi ketika lahir, hal pertama yang harus dilakukan adalah ke dokter anak, lebih bagus kalau ke spesialis tumbuh kembang anak. Setelah itu, mereka diberi terapi sesuai dengan kebutuhannya masing-masing," jelasnya.
Bagi para orang tua, Rina menyarankan agar bergabung dengan komunitas para orang tua dengan anak down syndrome. Di sana, setiap saat para anggota bisa saling berbagi pengalaman, informasi, dan saling menguatkan satu sama lain.
Komunitas ini juga menyediakan hotline yang bisa dihubungi selama 24 jam jika sewaktu-waktu ada situasi darurat dan membutuhkan bantuan. Hotline itu bisa diakses di 088218807018. Komunitas ini juga membuka komunikasi melalui media sosial instagram dan twitter di @pikpotadsbdg.
"Kami selalu menekankan bahwa anak down syndrome itu tidak boleh dihakimi, tapi diberi kesempatan. Karena mereka punya kemampuan. Mereka bisa melakukan apapun sama seperti kita, hanya memang lebih lambat saja," katanya.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak