Tim Arsitektur ITB juarai Indonesia Landscape Desain Competition 2017

user
Mohammad Taufik 10 Oktober 2017, 19:19 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Tim Arsitektur ITB sukses menorehkan prestasi sebagai Juara 1 dalam kompetisi dua tahunan Indonesia Landscape Design Competition 2017 (ILDC 2017) yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Arsitektur Lanskap (HIMASKAP) IPB pada akhir September lalu.

Tim yang terdiri dari Dane Amilawangi (Arsitektur 2013), Hero Renaldi (Arsitektur 2013), M. Indra Ramadhan (Arsitektur 2013), dan Inda Rahmania (Arsitektur 2013) ini mengusung karya dengan judul “Reframing the Past for Assembling the Future”, dimana rancangan dikonsep sedemikian rupa untuk membingkai masa lalu dan merangkai masa depan dari kawasan Jalan Sudirman Bogor.

Kepala Sub Direktorat Humas dan Publikasi ITB Fivien Nur Savitri mengatakan, dalam mengemas rancangan dengan tema tersebut, tim Arsitektur ITB menjadikan dua landmark ternama di kota Bogor yaitu Istana Negara dan Tugu Air Mancur sebagai titik awal dan akhir.

"Selama perjalanan menuju dua titik penuh sejarah tersebut pejalan kaki akan melewati titik-titik bersejarah lainnya yang memiliki ruang publik untuk kegiatan masyarakat dan mengingat kembali perjuangan rakyat Bogor di masa silam," katanya.

Merangkai masa depan yaitu dengan menghadirkan rancangan yang ramah lingkungan dan berkelanjutan, ramah bagi penggunanya tidak terkecuali bagi difabel, serta membuat kawasan yang dapat memfasilitasi kegiatan masyarakat sehingga kawasan tersebut terus hidup selama 24 jam.

Tim ini membuat rancangan 5 key principles diantaranya adalah Pedestrian Focused Boulevard, An Iconic Street, 25 Hour Street, Connecting the Dots, serta Efficient Transport. Jalur pejalan kaki dirancang senyaman mungkin tanpa mengabaikan standar universal design seperti penggunaan ramp dan guide untuk tuna netra.

Jalur pejalan kaki juga dilengkapi oleh vegetasi peneduh dan kanopi pelindung dari hujan. Prinsip kedua, yaitu perancangan jalan yang ikonik karena memiliki potensi untuk menjadi daerah cagar budaya. Perancangan terfokus pada elemen cagar budaya pada Jalan Sudirman. Prinsip ketiga, yaitu 25 hour street merupakan pembuatan titik generator aktivitas pada Jalan Sudirman. Kawasan ini adalah kawasan public plaza di halaman Museum PETA, main plaza pada Taman Air Mancur, serta kawasan komersil.

Kawasan ini didesain agar suasananya dapat hidup di siang hari maupun malam hari, dilengkapi dengan pencahayaan yang atraktif. Beberapa hub untuk aktivitas publik yang terkoneksi satu sama lain, diantaranya public plaza, social area, dan plaza air mancur. Titik-titik halte, serta titik penyeberangan jalan juga diletakkan dalam rancangan ini dengan efisiensi pada transportasi publik.

Memulai persiapan lomba sejak Juli lalu, tim Arsitektur ITB menyadari bahwa banyak sekali iconic heritage pada kawasan yang dirancang di Jalan Sudirman Bogor. Icon tersebut diantaranya Istana Bogor, Museum PETA, dan Tugu Titik 0 Kota Bogor.

Bagi tim ini, kesakralan yang dimiliki oleh elemen cagar budaya harus tetap dijaga tanpa melupakan aspek perancangan yang berkelanjutan (sustainable) untuk masa depan dari segi lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Sangat ditekankan bahwa penting bagi arsitek untuk mengetahui peraturan daerah, peraturan cagar budaya, serta melakukan riset mengenai sejarah dan elemen heritage pada kawasan yang dirancang.

Kredit

Bagikan