Tiga karya mahasiswa ITB juarai kompetisi Swiss Inovation Challenge 2017

user
Mohammad Taufik 04 Oktober 2017, 11:17 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Tiga karya mahasiswa ITB keluar sebagai juara kompetisi Swiss Innovation Challenge 2017. Kompetisi yang diselenggarakan atas kerja sama antara SBM-ITB dengan School of Business at University of Applied Sciences and Arts Northwestern Switzerland ini telah berlangsung sejak awal 2017, dimana para peserta melombakan ide bisnis dan ide inovasi mereka.

Posisi pertama diraih oleh Tesla Daya Elektrika, start-up yang mengembangkan sistem proteksi petir bernama I-GSW High Voltage untuk perlindungan pada tower transmisi tegangan tinggi dan I-GSW Medium Voltage untuk perlindungan pada tower distribusi tegangah menengah.

Konsep yang diaplikasikan pada produk ini merupakan hasil temuan Djoko Darwanto (KK Teknik Ketenagalistrikan ITB) yang telah terbukti mampu melindungi tower transmisi dari sambaran petir. Pada 2016, konsep ini telah dikenalkan pada PT PLN sebagai target market utama.

Tim ini beranggotakan Gumilang Dewananta, Achmad Arbi, dan M. Fattah Aziiz, dan dalam dua tahun terakhir ini telah mendapatkan bantuan pendanaan dari Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi untuk pengembangan produk.

Sementara SVARA, yang diketuai oleh Farid Fadhil Habibi (STI ’12) keluar sebagai juara kedua, dengan produk hasil implementasi blockchain pada platform industri musik. Dengan menerapkan blockchain pada aplikasi streaming musik, transparansi untuk kerja sama antara musisi dan penyedia layanan dapat terjamin, dimana masing-masing pihak menyimpan basis data bersama yang identik, dan segala royalti direkam dalam basis data tersebut.

Hingga saat ini, SVARA telah mendapatkan dukungan dari Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) dan Badan Ekonomi Kreatif (BEKRAF) untuk secara bersama-sama mengembangan industri musik dan industri radio.

Juara ketiga ditempati oleh BIOPS Agrotekno yang diketuai oleh MM Malikul Ikram (RH ’11), dengan produk Encomotion, sebuah sistem terintegrasi yang dapat digunakan untuk memonitor dan mengontrol kondisi lingkungan pertanian dalam greenhouse. Visi dari BIOPS Agrotekno adalah membawa era baru pertanian Indonesia' melalui promosi sistem cerdas. Sehingga masyarakat tertarik untuk mendukung dan ikut dalam kegiatan bertani yang didukung oleh produk teknologi.

Saat ini, Encomotion sudah diterapkan pada salah satu greenhouse milik Balai Besar Pelatihan Pertanian (BPPP) Lembang, dan terbukti berhasil meningkatkan produktivitas hingga 40 persen dibandingkan dengan pertanian konvensional.

"Kompetisinya menarik dan menantang. Selama seleksi, (kami) tidak hanya diminta presentasi, tetapi juga ada pemberian materi dan masukan yang membuat para peserta menjadi lebih matang," ujar Fattah Aziiz melalui keterangan tertulis yang diterima Merdeka Bandung.

Di akhir Oktober 2017, Fattah dan teman-temannya akan mewakili Tesla untuk mengikuti rangkaian lanjutan Swiss Innovation Challenge di Swiss.

Kredit

Bagikan