Taksi konvensional di Jabar harus ikuti selera masyarakat

user
Farah Fuadona 31 Juli 2017, 18:47 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Semakin merambahnya keberadaan transportasi berbasis daring di Jawa Barat bisa menjadi ancaman tersendiri untuk transportasi konvensional. Yang paling terasa yakni ojeg dan taksi konvensional. Oleh karena itu transportasi kota harus bisa menyesuaikan dengan selera masyarakat jika tidak ingin ditinggalkan konsumen.

Penasehat Organisasi Angkutan Darat (Organda) Jawa Barat Dida Suprinda meminta, angkutan umum dan taksi konvensional diminta untuk mengikuti selera masyarakat dan kemajuan teknologi informasi. Sebab  dunia angkutan darat di Jawa Barat sudah berubah sangat drastis, terutama dengan kehadiran taksi dan ojek online.

"Organda akan berbenah dalam hal pelayanan, ketertiban, keamanan, dan keselamatan. Karena itulah yang masyarakat butuhkan. Saat kami menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman, mohon pemerintah menjamin kesetaraan hukum dan perlakuan antara taksi online dengan lainnya," katanya usai bertemu dengan Sekretaris Daerah Jawa Barat Iwa Karniwa di Gedung Sate, Kota Bandung, Senin (31/7).

Pihaknya mengaku tidak bisa melawan zaman yang kian berkembang. Semua penerapan sudah berbasis daring. Taksi online tetap harus dalam bawah pengawasan pemerintah.

"Taksi online pun harus menjalani persyaratan yang sama seperti angkutan umum, contohnya ada uji kir," katanya.

Iwa Karniwa juga meminta agar organda bisa meningkatkan pengetahuan mengenai usaha bisnis dan pengetahuan mengenai selera masyarakat. Sehingga keinginan konsumen dapat dipenuhi pengusaha angkutan darat. Organda dan pengusaha angkutan pun, menurutnya harus menguasai bahasa dan teknologi informasi. Penguasaan alat digital saat ini, katanya, sudah mutlak harus dilakukan karena kemampuan konsumen dalam teknologi informasi pun sudah berkembang pesat.

"Pengetahuan digital harus dikuasai oleh Organda. Kalau tidak, akan ditinggal oleh konsumen. Organda pun harus membangun network, baik itu dengan perbankan, atau dengan pihak lain, supaya bisa meningkatkan produk perusahananya. Karena dengan kondisi sekarang saat konsumen berubah, tapi kita tidak punya network dan teknologinya, usahanya nggak akan visible lagi. Penumpangnya akan sedikit," ujarnya.

Selanjutnya, kata Iwa, Organda harus membangun organisasi pembelajaran bagi internalnya atau anggota Organda. Organisasi pembelajaran ini harus didukung dua hal, yakni inovasi layanan, inovasi tata kelola perusahaan, dan enterpreneurship. Hal yang paling mendasar dalam melakukan konsolidasi organiaasi, katanya, di antaranya kemajuan yang mengarah pada teknologi informasi.

"Organda kan melayani masyarakat. Kalau selera masyarakat berubah, Organda juga harus berubah. Masyarakat kini ingin transportasi yang nyaman, ini yang harus dipelajari. Sebab kalau tidak, akan dilibas perubahan roda zaman," imbuhnya.

Kredit

Bagikan