Emil ajak generasi milenial perkuat persatuan lewat postingan positif

user
Mohammad Taufik 28 Juli 2017, 16:34 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil mengajak para generasi muda untuk menjadi agen pemersatu bangsa melalui konten-konten digital. Pria yang akrab disapa Emil ini menyebut anak-anak muda yang terdidik adalah ujung tombak yang seharusnya bisa mengampanyekan pesan-pesan persatuan.

Hal itu diungkapkan Emil saat membuka kegiatan Pelatihan Jurnalisme Kebhinekaan melalui Literasi yang digelar Media Maarif Institute bekerja sama dengan duta YouTube Creators for Change Cameo Project di Balai Kota Bandung, Jumat (28/7).

Secara umum, anak muda, khususnya di Kota Bandung, adalah pengguna media sosial aktif. Semiocast.com melansir bahwa Bandung, di mana 60 persen penduduknya berusia di bawah 40 tahun, adalah kota pengguna Twitter yang paling aktif nomor 6 di dunia. Saat ini, anak-anak muda mulai banyak menyukai Youtube dan Instagram yang lebih banyak menggunakan konten visual berupa gambar dan video pendek.

Hal tersebut dipandang potensi sekaligus tantangan bagaimana masyarakat bisa berperan aktif dalam menyebarkan pesan-pesan tertentu.

"Saya mengajak anak-anak millennial ini, yang aktif sehari-hari menggunakan smartphone dan melakukan postingan di berbagai konten, untuk mengajak lagi sebuah nilai yang memperkuat kebhinekaan dan persatuan," ujar Emil.

Dia mengatakan kepada ratusan pelajar Kota Bandung bahwa ada pihak-pihak yang berupaya menyebarkan paham tertentu yang berpotensi memecah belah persatuan. Namun demikian, mengajak para siswa agar tetap optimis dalam menjaga kesatuan Indonesia.

Saat ini, lanjut Emil, di media daring (online), khususnya di media sosial, banyak isu sosial, seperti ujaran kebencian, perundungan, xenophobia, dan ekstremisme menerpa kalangan generasi muda. Hal ini dipandang berpotensi mengkonstruksi nilai-nilai dan karakter negatif hingga berdampak pada stabilitas sosial di masyarakat. Untuk itu, Emil memandang perlu adanya pendidikan literasi media untuk anak muda.

"Ajak masyarakat untuk tidak membenci perbedaan, memposting situasi di mana orang kaya miskin bisa bersatu, beda agama main bareng. Kalau (nilai-nilai) ini dipengaruhi oleh mereka (para pelajar) ini, insya Allah generasi baru tidak terkontaminasi oleh nilai-nilai negatif yang merusak kebhinekaan," katanya.

Ia pun memberikan tips dan saran kepada para peserta agar konten yang mereka buat bisa diterima oleh khalayak. "Basisnya harus visual, ada foto dan tulisan. Pesannya juga pesan positif. Banyak kalimat humoris karena menurut survei orang Indonesia lebih berinteraksi kalau humoris," ujarnya.

Kredit

Bagikan