Jumlah akuntan profesional di Indonesia minim


Seminar Nasional Akuntan dan Bisnis
Bandung.merdeka.com - Rektor Universitas Widyatama Islahuzzaman mengatakan, jumlah akuntan profesional di Indonesia terbilang minim. Untuk jumlah secara spesifiknya saja tidak mencapai 70 ribu akuntan di seluruh Indonesia.
Minimnya jumlah akuntan profesional ini tidak diikuti dengan pesatnya pertumbuhan perusahaan khususnya di perkotaan pada saat sekarang ini.
Bila bicara jumlah ideal akuntan profesional yang ada sekarang ini seharusnya ada minimal satu persen dari total karyawan. "Namun nyatanya angka tersebut tak bisa terpenuhi," kata Islahuzzaman saat ditemui dalam acara Seminar Nasional Akuntansi dan Bisnis (SNAB-2) 2017 di Universitas Widyatama, kemarin.
Islah menjelaskan, setiap perusahaan seharusnya memiliki auditor internal. Asosiasi Auditor Internal (AAI) mengharapkan tenaga auditor internal ini idealnya sekitar 0,5 hingga 1,5 persen dari kekuatan sumber daya manusia perusahaan.
Sementara itu, Seksi Pengembangan Profesi AAI Nuryantoro menjelaskan perihal kebutuhan akuntan profesional dimana seorang auditor internal tak hanya sekadar melakukan audit di suatu perusahaan.
Namun, lanjutnya, tenaga mereka pun diberikan untuk melakukan konsultasi dan memiliki kemampuan manajemen risiko sebagai fokus kerja.
"Perusahaan saat ini bukan hanya butuh tenaga akuntan publik tetapi juga harus ada tenaga auditor internal yang memiliki sertifikasi PIA (Professional Internal Auditor). Idealnya, setiap perusahaan itu harus memiliki 0,5 hingga 1,5 persen dari kekuatan," kata Nuryantoro.
UMKM butuh akuntan profesional
Guna meningkatkan keberlangsungan dan kualitas hadirnya Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), kehadiran tenaga ahli yakni akuntan profesional juga sangat dibutuhkan. Namun, kenyataannya maraknya pelaku UMKM tidak diiringi tenaga akuntan profesional.
Islahuzzaman menambahkan, kehadiran akuntan profesional ini sangat dibutuhkan karena keterampilan manajemen keuangan yang sangat dibutuhkan untuk mengetahui kondisi laba atau rugi usaha yang dijalankan.
"Pelaku UMKM sekarang itu relatif kesulitan mendapatkan akses bantuan yang dikucurkan lembaga perbankan atau pemerintah daerah setempat. Makanya dibutuhkan akuntan profesional," ujarnya.
Dengan adanya laporan keuangan, kata dia, merupakan alat analisis lembaga perbankan memberikan bantuan.
"Selama ini, UMKM sulit mendapatkan bantuan permodalan. Ini karena mereka mayoritas tidak mampu membuat laporan keuangan. Padahal, laporan keuangan itu sebuah alat analisis yang mutlak ada," ujarnya.
Yang disayangkan dari keberlangsungan UMKM saat ini, lanjutnya, pelaku UMKM hanya mengandalkan naluri dalam berbisnis. Bahkan, tak sedikit diantara pelaku UMKM itu tidak mengetahui apakah bisnis yang dijalankan menguntungkan atau merugikan.
BERITA TERKAIT
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
Pengakuan Bharada E di Balik Perintah Tembak dari Atasan
5 Poin Rekomendasi Kebijakan Siap Diusulkan T20 dalam Forum G20
Alami Pengapuran Sendi Lutut? Coba Minum Susu Nutrisi
Perawatan Kulit Kian Diminati, BeautieSS Resmikan Satu Klinik Baru
Aswita Dewi Ingin Batik jadi Pakaian Kekinian
Amazit T-Rex 2 Jadi Jam Tangan Pintar Bagi Para Petualang
Aplikasi Jantungku Jadi Solusi Layanan Kesehatan Jantung, Ini 6 Fitur Unggulannya
Jejak Kopda Muslimin Sebelum Ditemukan Tewas di Rumah Orang Tua
Gleaneagles Hospital Punya Inovasi Teknologi Baru Bernama Gamma Knife
Kerry Indonesia Kembali Meraih Penghargaan HR Asia Awards 2022
Gandeng Aurel Hermansyah, CKL.LOOKS Akan Rilis Produk Eksklusif
Dukungan Orangtua Dalam Tumbuh Kembang Anak di Masa Transisi Pasca Pandemi
Tidak Pelit Ilmu, Hendra Hidayat Dikenal Sebagai Pionir Implan Gigi di Indonesia
Linde Indonesia Akan Pasok Gas Industri dengan Kemurnian Tinggi ke PT Freeport
KORIKA Gelar Webinar Kecerdasan Artifisial (AI) Bidang Kesehatan
Garmin Run Club Menjadi Wadah Bagi Para Pecinta Olahraga Lari
Jam Tangan Pintar yang Bisa Jadi Pilihan Para Pelari Karena Fitur Canggihnya
Alasan Mengapa Reinvestment Keuntungan Sangat Krusial Bagi Bisnis
EdenFarm Berbagi Hewan Kurban dengan Komunitas Tani di Sekitar ECF
Trademark Market Hadir Lagi, Kini Tenantnya Lebih Banyak