Mahasiswa Telkom University dampingi petani produksi pupuk mandiri
Bandung.merdeka.com - Masyarakat Desa Cangkuang Wetan, Bandung pada Rabu (8/3) saling bahu membahu dalam demo dan pelatihan pengolahan limbah menjadi pupuk organik. Sedikitnya 17 mahasiswa Telkom University menjadi penggerak produksi pupuk secara mandiri itu.
Desa Cangkuang Wetan merupakan desa terdekat dari kawasan pendidikan Telkom, di mana sebagian besar petaninya merupakan penanam Katapang dan Cabai. Selama ini minimnya pupuk dalam proses pertanian membuat petani tidak optimal dalam memanen hasil pertanian.
Ditemui di sela-sela pengoperasian alat pengolah limbah, Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Penelitian, Yahya Arwiyah, mengatakan kampusnya secara berkelanjutan membina desa-desa di wilayah Jawa Barat untuk dapat menjadi desa mandiri, terlebih dengan potensi pertanian.
"Sebetulnya ini hanya bagian dari safari bina desa, menjadi prioritas kami (Telkom University) untuk melakukan pendampingan dalam hal kemandirian masyarakat, salah satunya dengan memberikan motivasi dan juga dukungan fisik berupa mesin dan pengetahuan pengolahan limbah menjadi pupuk organik, adat dan cair yang berguna bagi kelangsungan pertanian," terang Yahya dari rilis yang diterima Merdeka Bandung, Rabu (8/3).
Diketahui, tidak kurang dari 15 ton sampah dalam tiap pengolahan, dapat di daurulang menjadi pupuk organik melalui komponen dan kinerja alat pengolah sampah yang diinisiasi Telkom University. Ditemui di tempat sama, Direktur Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Palti Sitorus, mengatakan upaya ini bagian dari kewajiban universitas untuk kebermanfaatan lingkungan.
"Tentu selain menjadi kewajiban kami memberdayakan masyarakat, ini sekaligus ruang pembelajaran bagi mahasiswa agar keberadaan mereka dirasakan secara langsung, dalam hal ini adalah Petani Cangkuang," imbuhnya.
Sebanyak 18 ribu penduduk yang mendiami lahan seluas 209.245 hektare, diketahui menghasilkan sampah sebanyak 2 ton per hari. Untuk itu, Kepala Desa Cangkuang Teddy menyatakan apresiasinya atas bantuan dan layanan Telkom University dalam upaya pemberdayaan masyarakat di wilayah yang ia pimpin.
"Masyarakat ya senang, saya juga selama ini bingung, desa banyak sampah. Begitu (ada kegiatan pemberdayaan) ini, ya baguslah, terimakasih dengan kontribusi Telkom University ke desa," tutur Teddy.