Hari Peduli Sampah, pelajar gelar Fashion Show busana daur ulang

user
Mohammad Taufik 21 Februari 2017, 14:29 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Lazimnya acara fashion show, biasanya acara semacam itu menampilkan model dengan balutan busana mewah. Namun apa jadinya jika fashion show ini justru menampilkan busana hasil daur ulang sampah? Tentunya bagi sebagian orang mungkin akan terdengar tidak mungkin atau bahkan terkesan menjijikkan.

Tapi di tangan orang-orang kreatif sampah plastik daur ulang justru dapat dibuat menjadi busana menarik. Hal itu tersaji dalam acara Festival Peduli Sampah yang digelar Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung.

Plaza Balai Kota Bandung diubah layaknya catwalk. Para pesertanya puluhan pelajar yang menjadi model peragaan busana dari plastik daur ulang. Ada beragam kreasi busana dari sampah plastik ditampilkam dalam acara fashion show ini, mulai dari pakaian stelan biasa, rok hingga gaun.

Dealova (10) adalah salah satu peserta dari acara fashion show ini. Siswi kelas 4B SD Kartika XI Kota Bandung menampilkan gaun yang terbuat dari plastik bekas pewangi pakaian.

Dwi Astuti (38) yang merupakan orang tua Dealova mengatakan, dirinya yang membuat pakaian dari sampah plastik ini. Untuk membuat gaun dari sampah plastik, dia menggunakan puluhan plastik bekas pewangi pakaian ataupun plastik kopi sachet.

"Konsepnya dari bahan daur ulang. Saya kumpulkan dulu sampah plastik dari bungkus kopi, pewangi dan pencuci pakaian. Setelah itu tinggal dijahit dengan benang baju dan dihekter (staples)," ujar Dwi kepada Merdeka Bandung saat ditemui di Balai Kota Bandung, Selasa (21/2).

Dwi mengatakan, untuk dasar pakaian daur ulang ini menggunakan plastik yang berukuran besar. Setelah itu sampah plastik bekas pewangi dan kopi sachet yang sudah dikumpulkan dijahit mengikuti alur dasar pakaian yang telah dibuat.

Untuk membuat busana daur ulang ini, Dwi hanya membutuhkan waktu satu hari. Dia mengaku tidak menemui banyak kendala. Hanya saja ada plastik yang memiliki tekstur keras. Untuk menyiasati ini dirinya memilih tidak menjahit dengan menggunakan benang tetapi menggunakan staples.

"Kalau yang tekstur plastiknya lunak saya jahit, tapi kalau yang agak keras saya pake staples," katanya.

Dwi mengaku hampir setiap tahun membuat busana daur ulang untuk anaknya sejak duduk di bangku TK. Setiap tahun juga anaknya mengikuti lomba fashion show busana daur ulang.

"Karena saya punya kebiasaan sering ngumpulin plastik bekas dari bungkus kopi, pewangi dan pencuci pakaian yang sudah dipakai. Nah pas ada momen atau ada acara seperti hari ini saya buat pakaiannya bisa dibuat gaun, rok ataupun tangtop," katanya.

Di tempat sama, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Kota Bandung, Mohamad Salman Fauzi mengatakan sengaja menggelar Festival Peduli Sampah tepat di Hari Peduli Sampah Nasional yang diperingati setiap 21 Februari. Acara ini digelar sebagai tempat mengedukasi masyatakat tentang sampah.

"Kita gelar di tanggal 21 Februari karena salah satunya alasan kita pernah punya pengalaman traumatik terkait longsor di TPA Leuwigajah tahun 2005 lalu. Kalau sampah tidak ditangani dengan baik maka alam akan memberikan jalannya sendiri. Ini seperti yang terjadi 12 tahun lalu," katanya.

Untuk itu kata dia, diperlukan edukasi kepada masyarakat untuk mengelola sampah. Jika dikelola dengan baik, sampah memiliki banyak manfaat.

"Melalui acara ini kita ingin mengedukasi masyarakat bahwa kita harus bisa bijak bersahabat dengan sampah. Banyak hal positif yang didapat dari sampah. Seperti tadi ada perkusi daur ulang, kemudian busana daur ulang, bahkan ada aspal plastik. Jadi sampah bisa digunakan hal yang bermanfaat. Maka dari itu ayo kita perlakukan sampah secara bersahabat," ujarnya.

Kredit

Bagikan