Kota Bandung jajaki kerja sama pembangunan dengan Perusahaan Prancis
Bandung.merdeka.com - Pemkot Bandung menjajaki kerja sama dengan sejumlah perusahaan asal Prancis untuk mendukung berbagai bidang pembangunan di Kota Bandung. Sedikitnya ada 7 perusahaan dari berbagai bidang asal Perancis yang datang ke Kota Bandung untuk melakukan penjajakan kerja sama.
Hal itu terungkap saat Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menerima rombongan pengusaha Prancis yang didampingi oleh Wakil Duta Besar Prancis untuk Indonesia Charles-Henri BROSSEAU di Pendopo Kota Bandung, Rabu (1/2).
Ridwan Kamil menjelaskan, Prancis termasuk negara yang paling baik hati ke Kota Bandung. Menurut dia negara tersebut beberapa kali telah mendanai berbagai proyek pembangunan di kota ini.
"Dia (Pemerintah Prancis) menyumbangkan dana untuk studi pembangunan. Sudah berlangsung dua proyek. Satu proyek pengembangan area Stasiun Kebon Kawung, itu sudah mau selesai, kemudian studi tentang pengembangan Sustainable Smart City di Bandung. Itu juga dibiayai oleh Pemerintah Prancis," kata Ridwan Kamil.
Pria yang akrab disapa Emil ini mengatakan membuka jalan untuk bisa mengakselerasi pembangunan di Kota Bandung. Sebab produk-produk perusahaan itu yang sebagian besar adalah teknologi terbaru, sedang dibutuhkan untuk membangun fasilitas pelayanan publik, seperti penerangan jalan, parking meter, pengelolaan air, dan PLTSA.
Emil mengaku tertarik dengan penawaran teknologi penerangan jalan yang hemat energi. Pemerintah kota saat ini tengah menyiapkan proses lelang untuk pengadaan 8000 tiang lampu jalan. Ia pun meminta perusahaan tersebut untuk berpartisipasi dalam proses lelang. Sementara proyek lainnya, Ridwan meminta mereka segera mendiskusikan dengan SKPD terkait untuk langkah lebih lanjut.
"Ada perusahaan PLTSA juga pingin ikutan, tadi saya sarankan agar ke provinsi, karena rencana PLTSA akan mau di-regionalkan. Sehingga presentasi di provinsi lebih relevan. Kemudian ada perusahaan yang bisa membuat Bappeda Bandung makin canggih, karena punya sistem peta Bandung bisa 3D-kan. Nanti 3D-nya itu menjadi analisa analisa terukur, tentang antisipasi banjir, antisipasi bencana dan lain-lain," ungkapnya.
Emil menambahkan, jika kerja sama ini sukses terjalin, kemungkinan besar pemerintah kota akan menggunakan konsep Public-Private Partnership. Hal ini dilakukan karena keterbatasan anggaran daerah yang dimiliki pemerintah.
"Saya bilang kami tidak punya uang kalau beli-beli langsung, jadi polanya kami butuh Public-Private Partnership. Mereka bawa uang, mereka membangun, kita cicil sekian tahun. Ini bagian dari Rp 60 triliun yang sedang saya cicil untuk dibiayai oleh swasta," katanya.
Sejumlah perusahaan yang hadir dalam pertemuan tersebut antara lain Suez, Vinci Energies, 3DExperience, CNIM, Parkeon, RATPDev Transdev ASIA (RDTA), AFD dan Engie.
Wakil Duta Besar Charles-Henri BROSSEAU mengatakan, kehadiran mereka selaras dengan apa yang tengah dijalankan oleh Kota Bandung, yakni peningkatan kualitas infrastruktur berbasis teknologi untuk pelayanan publik.
"Kami mengenal Bandung sebagai kota berbasis smart city. Bandung telah ditetapkan UNESCO sebagai kota desain dan tengah mengembangkan infrastruktur di berbagai bidang, seperti transportasi, telekomunikasi, energi dan lain-lain," kata Wakil Duta Besar.
Kedatangan para pengusaha tersebut merupakan bagian dari rangkaian acara City of Tomorrow Bandung yang digagas oleh Business France, lembaga nasional Prancis yang mendukung perkembangan ekonomi internasional negara tersebut. Mereka akan melaksanakan diskusi kerja sama dengan berbagai SKPD di lingkungan Pemerintah Kota Bandung yang terangkum dalam 3 bidang, yakni mobilitas (mobility), keamanan (security) dan kota yang berkelanjutan (sustainable city).