Emil sebut ormas yang hentikan KKR tak mewakili seluruh warga Bandung

user
Mohammad Taufik 09 Desember 2016, 10:40 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Wali Kota Bandung Ridwan Kamil menyebut ormas keagamaan yang menghentikan kegiatan KKR di Sabuga pada Selasa (6/12) lalu tidak mewakili gambaran besar warga Bandung yang menjunjung tinggi semangat toleransi antar umat beragama.

Pria yang akrab disapa Emil itu mengatakan, sejak zaman Belanda hingga saat ini Kota Bandung adalah kota pluralis, bukan homogen.

"Sejak zaman Belandanya orang Bandung itu cinta damai, toleran, terbuka dengan nilai - nilai. Itu enggak boleh dirusak oleh sekelompok," ujar Emil kepada wartawan saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Jalam Dalem Kaum, Kamis (7/12).

Menurut Emil, hal paling fundamental adalah setiap warga negara yang hendak beribadah tidak boleh dipersulit. Sehingga proses perizinan yang disebut melanggar aturan jangan sampai menghalangi hak beribadah.

"Umat Kristiani jangan dipersulit, umat minoritas lainnya juga jangan dipersulit. Kalau umat Islam mau tabligh akbar, apakah harus ada rekomendasi atau apa, kan enggak juga. Jadi semangat awalnya jangan mempersulit," katanya.

Emil mengungkapkan, sejak roformasi 1998, Indonesia adalah negara demokrasi. Pihaknya tidak bisa melarang selama berada dalam batas-batas yang ditetapkan.

Emil mengaku saat ini pihaknya sedang mengkaji, mengenai ada tidaknya pelanggaran hukum dilakukan ormas dalam penghentian kegiatan KKR di Sabuga.

"Kalau sudah melanggar hak, itu yang sedang dikaji apakah ada pelanggaran hukum atau tidak. Karena pembubaran acara pun harusnya dilakukan oleh aparat, bukan oleh sipil, kan tidak boleh. Kalaupun tidak suka sampaikan ketidaksukaannya itu melalui aparat bukan main hakim sendiri," ucapnya.

Menurut Emil, dalam perkembangan zaman, selalu ada kelompok - kelompok yang cenderung melakukan tindakan ekstrem. Hal ini tidak hanya terjadi di Bandung, tetapi di kota-kota lain di Indonesia

"Dalam kemajuan zaman selalu ada orang - orang yang ingin melakukan hal - hal seperti ini, dalam bentuk ekstrem agama, dalam bentuk ideologi, dalam bentuk ekstrem ekonomi, dan lain sebagainya. Jadi saya kira tidak mewakili gambaran besar warga Bandung yang sebenarnya sangat toleran, pluralis, pancasilais," ujarnya.

Kredit

Bagikan