Ati Bachtiar mengungkap hal tersembunyi perempuan bertelinga panjang

user
Mohammad Taufik 06 Desember 2016, 11:09 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Hampatong atau sosok manusia berkuping panjang, tampak di Museum Nasional, Jakarta. Patung kayu setinggi 50 centimeter itu diperkirakan berasal dari abad ke-16. Patung tersebut menggambarkan peradaban suku-suku Dayak di Kalimantan masa itu, yang antara lain memperlihatkan anggapan betapa kuping panjang itu indah.

Kini, lima abad kemudian, apa yang masih tersisa dari peradaban itu? Bagaimana semua ini terhubungkan dengan eksodus suku-suku Dayak selama puluhan tahun, dalam penyelamatan diri menghadapi globalisasi?

Semua pertanyaan tersebut dibahas dalam diskusi buku foto 'Telinga Panjang: Mengungkap yang Tersembunyi' karya fotografer Ati Bachtiar di Festival Indonesia Menggugat#3: Pekan Literasi Kebangsaan di Gedung Indonesia Menggugat, Jalan Perintiskemerdekaan, Bandung, Senin (5/12) pukul 13.00 WIB.

Dari rilis yang diterima Merdeka Bandung, Ati Bachtiar terobsesi dengan keberadaan perempuan Dayak bertelinga panjang yang jumlahnya kini makin sedikit. Mengapa dan bagaimana caranya kuping panjang itu menghilang, dan bagaimana pula dalam pergulatan tradisi dan modernisasi ini kuping panjang masih bertahan?

Ati Bachtiar mengungkapnya lewat proses kerja selama dua tahun. Hasilnya, sebuah buku foto (hard cover) 24 x 24 centimeter setebal 200 halaman. Ia juga membubuhkan catatan pribadi seorang perempuan yang merasa sangat kehilangan.

Selain itu, Pekan Literasi Kebangsaan di hari kelima ini juga diisi screening film dokumenter 'Terlupakan' karya Sinatrian Lintang. Film ini menjadi juara di ajang International Short Movie and Photography Festival (ISMPF) yang diselenggarakan Telkom University, Bandung, Jumat 20 Oktober lalu.

International Short Movie and Photography Festival (ISMPF) merupakan ajang festival film pendek dan fotografi karya mahasiswa tingkat Asia Tenggara. Garin Nugroho dan Budi Irawanto, dua kritikus dan sineas senior Indonesia menjadi juri di ajang ini.

Sinatrian Lintang adalah mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang juga aktivis Pembebasan Kolektif Kota Bandung. Film Terlupakan mengangkat fenomena sosial yang terjadi di Sidowayah, Desa Sidoarjo, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo.

Melalui film ini, digambarkan keadaan Dusun Sidowayah yang rata-rata penduduknya menyandang disabilitas. Dengan mengangkat dua sudut pandang berbeda, yang mana kenyataan obyektif di lapangan sangat berbeda dengan pendapat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kabupaten Ponorogo.

Pemerintah menganggap bahwa penanganan kasus untuk kaum difabel di Sidowayah sudah cukup baik. Akan tetapi kenyataannya sangat berbanding terbalik. Kaum difabel di daerah tersebut hidup dalam keadaan sengsara.

Film lain yang akan diputar di Pekan Literasi Kebangsaan adalah 'Karatagan Ciremai'. Film ini disutradarai Adi Mulyana. Melalui filmnya, Adi mengangkat kehidupan seorang perempuan penganut Sunda Wiwitan yang merupakan agama minoritas di Jawa Barat.

Adi Mulyana selaku sutradara dan juga pembicara dalam acara tersebut mengungkapakan bagaimana keterbukaan Sunda Wiwitan sebagai agama asli Jawa Barat. Mereka mampu menerima agama lain masuk seperti Hindu, Islam dan Katolik pada abad 13 sampai 17.

Mulyana mempertanyakan mengapa Sunda Wiwitan mendapatkan perlakuan diskriminasi dari sebagian masyarakat maupun pemerintah dengan melibatkan institusi pendidikan dan keagamaan. Di situlah terjadinya intoleransi yang sangat masif dilakukan oleh negara.

"Begitu berkembangnya intoleransi di negara ini, dan negara sebagai pelindung rakyat membiarkan intoleransi itu berjalan," kata Adi Mulyana.

Kredit

Bagikan