Inflasi Jabar di bulan November meningkat ke level 0,55 persen

user
Mohammad Taufik 05 Desember 2016, 11:58 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Sebagaimana prakiraan BI Jabar sebelumnya, pada bulan November 2016, tingkat inflasi bulanan di Jawa Barat meningkat ke level 0,55 persen month to month (mtm)) atau secara tahunan sebesar 3,20 persen year on year (yoy), lebih tinggi dibanding bulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 0,09 persen (mtm) atau 2,81 persen (yoy).

Dari rilis yang diterima Merdeka Bandung, Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Soekowardojo mengatakan, peningkatan tekanan inflasi secara bulanan ini khususnya didorong oleh kenaikan harga-harga bahan makanan atau komponen volatile food.

"Selain karena berkurangnya pasokan di tengah berlangsungnya masa tanam pada sejumlah komoditas, curah hujan yang tinggi akibat La Nina juga berdampak kepada menurunnya produktivitas khususnya pada tanaman hortikultura," ujar Soekowardojo, Senin (5/12).

Secara fundamental, berlangsungnya pelemahan rupiah di bulan November juga memberikan sedikit tekanan pada perkembangan inflasi daerah. Secara historis, realisasi inflasi bulanan pada November 2016 lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi bulanan di November periode 2011-2015 yakni sebesar 0,42 persen.

"Berdasarkan disagregasinya, andil inflasi bulanan terbesar yang mencapai 0,37 persen diberikan oleh kelompok volatile food atau kelompok pangan yang umumnya bergejolak. Selanjutnya, andil inflasi bulanan terbesar kedua diberikan oleh kelompok core yakni sebesar 0,14 persen," katanya.

Adapun andil inflasi dari kelompok administered prices (harga yang diatur pemerintah) tercatat sebesar 0,04 persen.

Secara bulanan, kelompok volatile food mengalami inflasi yang cukup tinggi yakni mencapai 2,09 persen (mtm) setelah pada bulan Oktober mengalami deflasi sebesar 0,42 persen (mtm). Secara tahunan, inflasi kelompok volatile food juga meningkat dari sebesar 9,08 persen (yoy) pada bulan Oktober menjadi 10,95 persen (yoy) pada November.

Baik realisasi inflasi bulanan maupun tahunan kelompok volatile food ini lebih tinggi dibanding rata-rata historis lima tahun terakhir (2011-2015), di mana rata-rata inflasi bulanan di November sebesar 0,67 persen (mtm) sementara rata-rata inflasi tahunan di November sebesar 7,04 persen (yoy).

Adapun komoditas yang memberikan andil inflasi bulanan terbesar secara berturut-turut meliputi bawang merah (0,14 persen), cabai merah (0,14 persen), beras (0,05 persen), cabai rawit (0,04 persen), tomat sayur (0,04 persen), dan jagung manis (0,01 persen).

Mayoritas penyumbang inflasi ini berasal dari subkelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran yang memang mengalami peningkatan inflasi bulanan tertinggi dibanding bulan sebelumnya. Kenaikan harga pada komoditas bawang merah terjadi akibat panen raya yang belum terjadi merata di seluruh sentra.

Walaupun Brebes sebagai salah satu sentra produksi bawang merah nasional telah mengalami panen raya pada pertengahan November, namun produktivitas tanaman pada panen raya kali ini menurun dibanding panen sebelumnya. Dalam kondisi normal, produktivitas tanaman dalam 1 hektare menghasilkan 10 ton bawang merah, sedangkan pada panen kali ini hanya sekitar 7 ton per hektare.

Hal ini disebabkan oleh kondisi curah hujan tinggi yang menyebabkan tanaman mudah terserang penyakit, seperti busuk umbi dan bercak daun. Sementara itu di beberapa lokasi sentra lainnya seperti Cirebon dan Yogyakarta musim tanam masih berlangsung sehingga stok relatif menipis.

Kredit

Bagikan