Warga Bandung Diminta Waspada Cuaca Ekstrem dan Puting Beliung
Bandung.merdeka.com - Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG) Bandung mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi cuaca ekstrem. Pasalnya memasuki musim penghujan, hujan lebat mulai intens mengguyur Kota Bandung dan sekitarnya.
Prakirawan BMKG Iid Mujtahiddin, mengatakan dalam beberapa hari ke depan Kota Bandung dan sekitarnya diprediksi akan terus diguyur hujan dengan intensitas ringan sampai lebat.
"Kondisi wilayah beberapa hari ke depan cenderung berawan juga hujan dengan intensitas ringan sedang hingga lebat. Waspada cuaca ekstrem karena sudah mulai masuk musim hujan," kata Iid kepada Merdeka Bandung saat dihubungi, Sabtu (29/10).
Menurut dia, dari beberapa hari sebelumnya curah hujan di Kota Bandung berada di atas normal. Di mana biasanya curah hujan normal 87 mm, namun belakangan mencapai hingga 200 mm.
Kondisi ini pun diperkirakan akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. "November ke depan memang belum puncak masih ringan hingga sedang tapi juga lebat itu patut diwaspadai," katanya.
Dia memprediksi puncak hujan akan terjadi di penghujung tahun hingga awal tahun. Dengan kemungkinan menjelang puncak, ada peningkatan curah hujan.
Selain cuaca ekstrem, Iid juga meminta masyarakat potensi besar puting beliung. Karena angin puting beliung kebanyakan memang hadir saat peralihan musim.
"(Puting beliung) Masih ada potensi. Masih di awal musim hujan belum masuk puncak patut diwaspadai. Karena memang dia kejadiannya di peralihan atau saat musim hujan," katanya.
Oleh karena itu, Iid meminta masyarakat meningkatkan kewaspadaan dengan antisipasi dini. Dengan mewaspadai awan cumulusnimbus (Cb) yang membentuk puting beliung pada siang atau sore hari.
Jika, ada tanda-tanda puting beliung masyarakat dikatakannya harus berlindung di tempat yang permanen untuk menghindari bahayanya. Selain itu, pemotongan pohon yang sekiranya rapuh juga menjadi salah satu antisipasi.
"Kami BMKG menyarankan pohon di sekitar jalan raya atau rumah yang keluhatannya mudah tumbang baiknya ditebang," pungkasnya.
Pemkot harus perbanyak RTH dan kolam retensi
Sementara itu, Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS) meminta Pemkot Bandung untuk memperbanyak Ruang Terbuka Hijau (RTH) dan kolam retensi untuk menanggulangi masalah banjir di Kota Bandung. Pemkot disarankan menggunakan pendekatan konsep ekohidrolik ketimbang cara-cara sipil yakni dengan pembangunan.
"Memperbanyak ruang terbuka hijau kembali agar air meresap. Kemudian juga perbanyak kolam retensi supaya air enggak lari ke sungai," ujar Kadiv Infokom DPKLTS Taufan Suranto kepada Merdeka Bandung, Jumat (28/10) kemarin.
Menurut Taufan, konsep penanggulangan banjir yang dinilai baik adalah dengan menyerapkan air sebanyak mungkin dan menahan air selama mungkin. Untuk menyerapkan air ini caranya dengan memperbanyak RTH. Sementara untuk menahan air dengan adanya kolam-kolam retensi.
"Sebanyak mungkin menampung air di hulu dengan menanam pohon. Jadi membuat tampungan-tampungan air secara alami. Konsep Ekohidrolik ini dipadukan dengan sumur resapan. Supaya air dari drainase tidak langsung mengalir ke hilir. Semakin lama air tertahan di hulu semakin bagus," ungkapnya.
Taufan menyebut, konsep tol air yang digagas Pemkot Bandung untuk menanggulangi banjir di Kota Bandung hanya memindahkan banjir ke daerah hilir. Sebab keberadaan tol air hanya mempercepat aliran air menggelontor ke hilir.
"Pertanyaannya apakah daerah dibawahnya siap? karena tol air hanya mempercepat aliran air ke hilir. Untuk itu konsep penanganan yang bagus adalah dengan konsep ekohidrolik tadi dengan menyerapkan air sebanyak mungkin menahan air selama mungkin," katanya.