Pemkot Bandung diminta buat induk drainase atasi masalah banjir

user
Farah Fuadona 27 Oktober 2016, 10:29 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Anggota Komisi C DPRD Kota Bandung Folmer Siswanto mengusulkan kepada Pemkot Bandung untuk membuat kajian tentang Rencana Induk Drainase Kota. Rencana induk ini merupakan upaya penanganan jangka panjang yang harus dilakukan Pemkot untuk menuntaskan masalah drainase di Kota Bandung, termasuk banjir.

"Saya sudah mengusulkan setahun yang lalu kepada Pemkot Bandung untuk membuat kajian baru tentang rencana induk drainase kota. Rencana induk jadi tidak berbicara sepotong-sepotong, tapi berbicara satu Kota Bandung," ujar Folmer saat ditemui di Pendopo Kota Bandung, Rabu (26/10).

Folmer menuturkan, hingga saat ini Pemkot Bandung belum memiliki kajian khusus untuk memetakan permasalahan banjir di Kota Bandung. "Dulu sebetulnya peta itu sudah ada tapi kan zaman Belanda. Sekarang yang baru artinya benar-benar update per lima tahun lah, misalkan gitu. Ya kita belum punya," kata anggota dewan dari fraksi PDIP ini.

Dia pun agak menyangsikan dengan upaya Pemkot Bandung dalam merevitalisasi gorong-gorong di Kota Bandung dapat menuntaskan banjir. Sebab gorong-gorong yang dipasang tidak berdasarkan kajian yang dilakukan sebelumnya.

"Sekarang apakah bisa dipastikan gorong-gorong yang ada sekarang dengan dimensi itu hasil kajian? kan harus ada kajian. Ukuran itu menentukan daya tampung kan? apakah ada kajian bahwa benar jalan ini harus menggunakan gotong-gorong berukuran satu meter, dua meter, tiga meter? kan harus ada. Kalau kita mengganti yang tadinya dicor dengan gorong-gorong sudah jadi, itu kan hanya merubah teknologi saja, tidak mengukur kapasitas daya tampung," katanya.

Untuk itu pihaknya akan terus mendorong Pemkot Bandung segera membuat rencana induk drainase kota. "Saya tidak menyebut pembangunan yang sekarang asal-asalan, hanya penanganan kurang komprehensif karena tidak berdasarkan basis data yang up to date, data yang valid. Artinya udah benar, saya setuju drainase di Kota Bandung ini tidak lagi menggunakan pola terbuka. Karena kalau terbuka potensi orang membuang sampah lebih besar. Sekarang kan sudah pakai pola tertutup, tentu kalau pakai pola tertutup dimensinya harus diperbesar," kata Folmer.

Kredit

Bagikan