Bandung jadi kota percontohan Unesco yang bisa seimbangkan pembangunan

user
Mohammad Taufik 13 Oktober 2016, 12:45 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Kota Bandung menjadi kota percontohan dunia oleh Unesco sebagai kota yang bisa menyeimbangkan pembangunan di tiga sisi, yakni infrastruktur, budaya dan kemanusiaan. Kota Bandung menjadi kota satu-satunya di Indonesia yang diapresiasi oleh Unesco karena bisa menyeimbangkan ketiga aspek tersebut.

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, mengatakan secara infrastruktur banyak kota maju di dunia tapi tidak membuat warganya bahagia. Dia mencontohkan seperti di Singapura. Berdasarkan penelitian terbaru, menyebutkan 42 persen warga Singapura ingin pindah karena berbagai sebab. Kemudian Korea Selatan menjadi negara dengan tingkat bunuh diri tertinggi di dunia.

"Jadi apa yang dicitrakan secara fisik tidak berhubungan dengan keseimbangan batin dan budaya. Bandung diapresiasi walaupun tidak Sunda pisan, tapi di Bandung 'sagala aya' (semua ada)," ujar Ridwan kepada wartawan, beberapa waktu lalu.

Pria yang akrab disapa Emil ini menjelaskan, di Bandung sendiri pihaknya banyak menggagas program-program yang tidak hanya melulu urusan infrastruktur, tetapi juga budaya dan kemanusiaan. Dia mencontohkan beragam program seperti 'Bandung Mengaji', 'Ayo Bayar Zakat' dan acara festival menjadi salah satu cara untuk meningkatkan indeks kebahagiaan warganya.

"Itu yang diapresiasi kemarin. Jadi saya mempresentasikan itu taman dibanyakin. Kemudian program Maghrib Mengaji kita galakkan, trotoar dibenerin, program Ayo Bayar Zakat juga dikerjakan, festival tidak dipusatkan, Culinary Night di sebarkan di wilayah. Sehingga orang bisa bahagia tanpa harus terpusat. Itu kata orang Bandung biasa saja karena rutin, tapi kata orang lain itu istimewa, karena oleh Unesco maka Bandung menjadi kota percontohan menyeimbangkan itu," katanya.

Emil mengungkapkan indeks kebahagiaan warga Kota Bandung mendapat nilai 70,60 diapresiasi oleh Unesco. Hal ini dianggap menjadi salah satu parameter untuk mengukur kemajuan sebuah kota selain dari sektor ekonomi.

"Indeks kebahagiaan kita diapresiasi oleh Unesco sebagai salah satu parameter mengukur kemajuan. Tidak melulu dari angka ekonomi, pertumbuhan, jumlah pengangguran dan kemiskinan, tapi dari kebahagiaan itu," ujarnya.

Jadi kalau kita ingin maju seimbangkan harmoni dengan Tuhan, harmoni dengan alam dan manusia. "Percontohannya untuk dunia bolehlah infrastrukturnya tertatih-tatih, tapi urusan happines segala lahir bantin kita ini lengkap," ujarnya memungkasi.

Kredit

Bagikan