Kenali penyakit kulit dermatitis atopik pada anak
Bandung.merdeka.com - Apakah Anda mengenal penyakit Dermatitis Atopik? Ini merupakan penyakit radang kulit yang tidak menular dan bisa kambuh secara berkala, tapi juga bisa mencapai titik kronis.
Guru Besar Bagian Anak Alergi dan Immunologi dari RSCM/FKUI, Zakiudin Munasir mengatakan, umumnya episode pertama terjadi sebelum Si Kecil berusia satu tahun, yang selanjutnya bisa hilang dan timbul kembali. "Prevalensi jenis kulit Dermatitis Atopik pada anak diperkirakan mencapai 10 hingga 20 persen sementara pada orang dewasa sekitar satu hingga tiga persen," ujar Zakiudin kepada Merdeka Bandung, Jumat (25/5).
Pada dasarnya, kata dia, alergi anak dapat diatasi dan bunda bisa mencegah timbulnya penyakit akibat mewarisi bakat alergi dari orang tuanya.
Morinaga sebagai salah satu brand unggulan PT Kalbe Nutritionals peduli akan penyakit kulit ini. Morinaga dari masa ke masa, secara konsisten melakukan edukasi mengenai alergi mulai dari pemahaman, pencegahan dan solusinya, agar Si Kecil yang menderita alergi, bisa tetap tumbuh secara optimal.
Jika alergi tidak dipahami dan dicegah, maka tumbuh kembang Si Kecil akan terhambat karena kegiatan belajar, bermain serta aktifitas stimulasinya terganggu. Dan jika alergi tidak diatasi, maka penyakit seperti Dermatitis Atopik, hanyalah gejala awal alergi dan kondisinya bisa memburuk yang dikemudian hari bisa muncul penyakit alergi lain seperti asma dan rhinitis alergi.
Walaupun Dermatitis Atopik ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dicegah, antara lain dengan mengindentifikasi pemicu dan menghindarinya serta menerapkan perawatan untuk menjaga kelembaban kulit dengan produk hipoalergenik yang tidak mengandung parfum.
Penyebab Dermatitis Atopik masih belum dapat seluruhnya dikenali dengan pasti, namun 50 persen penyebabnya berasal dari faktor eksternal seperti kondisi lingkungan sekitar yang terlalu kering, bahan pencetus iritasi kulit seperti jenis sabun atau deterjen tertentu, debu, rumput serta serbuk dari tumbuhan berbunga (pollen), sementara 50 persen penyebab lainnya dicetuskan oleh makanan.
Ada delapan makanan utama yang dianggap bisa mencetus alergi atau yang umumnya dikenal sebagai The Big delapan, yaitu, susu, telur, ikan , jenis makanan laut tertentu seperti udang misalnya, gandum, kacang tanah, kacang kedelai serta kacang pohon seperti,walnut, almond, hazelnut, cashew dan pistachio.
"Susu atau alergen protein susu sapi, menjadi salah satu pencetus paling umum di dunia dengan angka kejadian yang mencapai 2 hingga 7,5 persen yang mana 0,5 persen terjadi pada Si Kecil yang masih mendapatkan ASI eksklusif," jelasnya.
Kata dia, salah satu pencegahan alergi terhadap makanan bisa dilakukan dengan memperkenalkan berbagai jenis makanan sedini mungkin.
"Cara lainnya adalah memberikan ASI secara eksklusif, atau jika bunda tidak dapat memberikan ASI, anak dapat diberikan susu yang telah diformulasikan secara khusus seperti susu dengan protein terhidrolisat parsial," tutupnya.