Rayakan Ultah ke-7 Majelis Sastra Bandung gelar wayang golek

Oleh Farah Fuadona pada 05 Januari 2016, 12:16 WIB

Bandung.merdeka.com - Januari 2016 ini Majelis Sastra Bandung (MSB) memasuki usia ke-7. Perayaan digelar sederhana, yaitu dengan menggelar pentas wayang golek dengan dalang Opick Sunandar Sunarya, putra dalang legendaries Asep Sunandar Sunarya.

Ketua Panitia Ultah 7 Tahun MSB Noer Listanto Alfarizi mengatakan, kesederhanaan perayaan ini berkaitan dengan dana yang sangat sedikit. “Kita masih mengandalkan urunan dari kawan-kawan untuk setiap acara MSB yang digelar, baik rutin bulanan maupun kegiatan dadakan,” jelas Noer kepada Merdeka Bandung, Selasa (5/12).

Mengenai waktu pagelaran wayang golek, Noer mengatakan antara pertengahan atau akhir Januari 2016. Sedangkan tempat yang dipilih adalah Gedung Indonesia Menggugat Jalan Perintis Kemerdekaan 5 Bandung. Peringatan ulang tahun tersebut juga akan dimeriahkan pertunjukan kesenian Marawis dari Yepira Bandung.

Noer menjelaskan, MSB merupakan komunitas sastra nirlaba yang berdiri 25 Janurai 2009. Mengusung tagline Majelis Sastra Bandung, ruang sastra yang sebenarnya, komunitas ini didirikan penggiat sastra seperti Dedy Koral, Aendra Medita, Matdon, Hermana HMT, Hanief, Ayi Kurnia, dan Yusef Muldiyana.

Para penyair yang turut “menghidupkan” kegiatan MSB di antaranya Acep Zamzam noer, Afrizal Malna, Binhad Nurohmat, Ahmad Subbanudin Alwi (alm), Hawe Setiawan, Soni Farid Maulana, Syafrina Noorman, Imam Abda, Ahda Imran, Bode Riswandi, Irfan Hidayatullah, Eriyanti Nurmala Dewi, Nenden Lilis Aisyah, Septiawan Santana, Yopi Setia Umbara, Herri Maja Kelana, Anwar Kholid, Faisal Syahreza, Ahmad Faisal Imron.

Ia menegaskan, MSB belum pernah mengirim proposal secara resmi. Pendanaan hanya mengandalkan gairah semangat kawan-kawan yang punya uang. Meski demikian, kata dia, aktivitas rutin MSB tak pernah terhenti.

Kegiatan rutin MSB meliputi Pengajian Sastra dengan cita-cita menggali kembali gairah para penyair muda Bandung, menghidupkan kembali ruang-ruang diskusi sastra di Bandung, dan lainnya.

Pengajian Sastra berlangsung rutin, sebulan sekali dan pada Desember 2015 sudah pengaian sastra ke-74. Program ini berisi diskusi sastra dengan tema beragam, mulai  mengkaji ilmu dan pengetahuan tentang sastra yang di dalamnya meliputi puisi, novel, cerpen, teater, film, musik dll.

“Kami hanya berusaha menghidupkan sastra di kota Bandung, kalaupun akhirnya MSB dikenal di seluruh penjuru tanah air, karena semata kami bekerja dengan ikhklas,” ujarnya.

Dari Pengajian sastra lahir sejumlah buku antologi sastra. “Kami bisa berkata bahwa MSB adalah sebuah lembaga kebudayaan (khususnya sastra) nirlaba, mengembangkan kesenian, penerbitan, penelitian, dokumentasi, dan wadah kreativitas tanpa dipengaruhi partai politik,” terangnya.

Pada akhir 2014, MSB menerima penghargaan KAWISTARA dari Balai Bahasa Jawa Barat sebagai komunitas yang turut memelihara bahasa dan sastra di Jawa Barat. “Meski kami tak berharap menerima penghargaan, tapi tetap kami terima dengan ikhlas dan gembira,” katanya.

Tag Terkait