Peringati perayaan tubuh 2016, seniman Bandung ritual di kilometer nol

Oleh Mohammad Taufik pada 28 Maret 2016, 12:41 WIB

Bandung.merdeka.com - Tepat di tugu Kilometer Nol, para seniman muda Bandung yang tergabung dalam Awak Inisiatif Arts Movement menggelar aksi peringatan 'Perayaan Tubuh', Minggu (27/3) malam.

Dibuka dengan semacam ritual membakar dupa dan lilin di samping tugu. Seorang seniman dengan kostum hitam-hitam bersila mengenakan topeng. Gelas-gelas dan mangkuk logam dihamparkan dan mulai ditabuh.

Seniman perempuan yang mengenakan makeup putih berdiri mengusung bunga-bunga kertas, seniman lainnya menggelar aksi pantomim dan tari topeng. Sesekali, seorang penari topeng naik ke atas tugu Kilometer Nol sambil mengacungkan dupa.

Aksi itu cukup menarik perhatian pengguna jalan yang sedang sibuk-sibuknya. Kendaraan yang melintas tampak memelankan lajunya begitu melewati kilometer nol. Jika jalan sedang sepi karena lampu merah, seniman melakukan tarian sampai di tengah jalan.

Salah satu seniman penggagas Awak Inisiatif Arts Movement, Wanggi Hoediyatno mengatakan, aksi Perayaan Tubuh sebagai aksi damai terkait Perayaan Hari Tubuh Internasional (March To Move).

Kali Awak Inisiatif Arts Movement mengusung tema 'Napak Nafas' dengan melakukan serangkaian aksi di sejumlah titik bersejarah di Kota Bandung, antara lain Kilometer Nol, seberang Hotel Savoy Homann, tugu Asia Afrika dan eks Palaguna.

Ada 14 seniman yang mengikuti Awak Inisiatif Arts Movement. Mereka berasal dari berbagai komunitas seniman, mahasiswa dan dosen Universitas Padjdjaran (Unpad). Masing-masing seniman menampilkan gerak tubuh yang beragam, menari, berpantomim, dan performance art lainnya.

Lewat aksi itu diharapkan menjadi ruang titik temu antara bahasa seni dengan medium tubuh yang bebas bergerak bersama dan publik.

Aksi ini mengkritisi kebijakan pemerintah dalam membangun kota yang menggunakan cara-cara represif, contohnya menghancurkan bangunan bersejarah.

Aksi dilakukan di ruang-ruang publik untuk mengajak masyarakat agar menciptakan karya, memanfaatkan ruang publik sebagai ruang bersama yang wajib disediakan pemerintah.

"Semoga perayaan tubuh ini akan terus ada dan bisa memiliki ruang-ruang publik untuk menciptakan gagasan bersama," kata Wanggi.

Aksi Napak Napas tersebut sebagai simbol perayaan atas perjalanan napas yang berhembus dari masa ke masa, mempertemukan tubuh manusia dan tubuh sejarah lewat bangunan tua (heritage).

"Kami seperti bergerak menapaki ruh peradaban masa lalu menuju ruang komunal kekinian, bergumul pada aneka tubuh saling bersetubuh pada sejarahnya," katanya.

Tag Terkait