DLH Kota Bandung tertarik dengan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi BBM

Oleh Endang Saputra pada 21 Mei 2018, 16:45 WIB

Bandung.merdeka.com - Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLH) Kota Bandung tertarik dengan teknologi pengolahan sampah plastik menjadi Bahan Bakar Minyak (BBM) yang digagas oleh komunitas Get Plastic. Salah satu Founder komunitas Get Plastic Dimas Bagus Wijanarko sempat melakukan uji coba terkait alat pengolahan sampah plastik menjadi BBM di kantor DLH Kota Bandung.

Sekretaris DLH Kota Bandung Dedy Dharmawan, mengatakan pihaknya tertarik untuk menggunakan alat pengolah sampah plastik tersebut. Menurutnya, alat pengolah sampah tersebur dinilai cocok untuk diterapkan di Kota Bandung.

"Kita akan coba manfaatkan hasil karya anak bangsa untuk di Kota Bandung, sedang kita hitung skalanya. Sebenarnya untuk skala kecil di wilayah bisa digunakan, sehingga masing-masing sampah jadi barokah di wilayahnya," ujar Dedy kepada awak media.

Menurut Dedy, alat pengolah sampah tersebur dinilai memberikan solusi terkait persoalan sampah di Kota Bandung. Hal ini sesuai dengan prinsip sampah habis diolah disumbernya. Terutama di tingkat RT ataupun RW. Sehingga tidak lagi menggunakan metode konvesional dengan membuang sampah dan kemudian diangkut oleh petugas kebersihan ke TPA.

"Ternyata sampah plastik bisa habis oleh alat ini. Sehingga kalau diolah dari sumbernya maka sampah akan habis di sumber, tidak ada yang ke TPS cukup berhenti di RW," kata dia.

Apalagi, lanjut Dedy harga untuk pembuatan alatnya tergolong sangat murah. Ditambah proses yang tidak sulit dan tidak memakan waktu yang lama. Menurutnya, alat dengan harga kurang dari Rp 2 juta itu bisa digunakan di tingkat RW. Pengadaannya pun bisa menggunakan anggaran PIPPK yang diberikan Pemkot kepada masing-masing RW setiap tahunnya.

"Saya dorongnya bisa digunakan per RW. Hasilnya bisa digunakan untuk bahan bakar triseda. Selain itu juga bisa digunakan untuk aktivitas disitu,seperti tukang gorengan. Intinya sampah berhenti di sumber melalui teknologi sederhana yang ramah lingkungan dan bisa cepat (proses)," ucapnya.

Dedy mengungkapkan, pihaknya akan segera mengkaji untuk bisa menggunakan alat tersebut. DLH Kota Bandung akan mengkaji bersama Bapelitbang. Ia berharap maksimal tahun depan alat sederhana itu bisa digunakan untuk skala kewilayahan.

"Kita targetkan tahun depan," katanya.