Menengok eks vokalis Band Jeruji yang makin mantap jualan bakso

user
Farah Fuadona 16 September 2016, 11:01 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Perjalanan hidup seseorang bisa berubah kapan saja seperti dialami Donny Supriyadi. Pada 90-an, pria yang akrab disapa Themfuck ini adalah vokalis Jeruji, band punkrock Bandung. Kini ia mantap jualan Bakso Mas Tato, brand dagang yang mulai dikibarkan sejak 2012.

Saat Merdeka Bandung berkunjung ke Bakso Mas Tato, Jalan Ternate, Bandung, Donny ramah menyambut dengan pembawaan teduh. Ketika masih menjadi Themfuck vokalis band Jeruji, ia sangat garang saat di atas panggung.

 “Akhir 2014 saya keluar dari band, pensiun. Tapi anak-anak (komunitas band) masih suka ke sini. Silaturahmi tetap jalan ,” kata Donny, Kamis (16/9).

Selama 20 tahun pria kelahiran 1974 ini ngeband bersama Jeruji yang didirikannya. Setelah itu, ia memutuskan menekuni jalan baru, yakni bisnis kuliner. Sebelum pengunduran dirinya, ia sudah mulai ancang-ancang dengan menjual keripik singkong, kemudian kopi yang dijual asongan kepada komunitasnya.

Dari situ ia beralih membuat bakso sendiri dan menjualnya dengan sistem pesan-antar. Sasarannya juga komunitas musik underground. Bakso yang ia buat terdiri dari bakso keju, ayam, cincang, dan cabai/pedas.

Donny kemudian disarankan teman-teman di komunitasnya untuk menjual menu bakso lengkap dengan mie. Ia pun menyambut saran itu dengan melakukan riset selama tiga bulan.

Hasilnya adalah menu Mie Andalan, yakni perpaduan bakso dan mie ramen. Pada akhir 2012, di Bandung memang mulai ramai dengan warung-warung ramen. Untuk melahirkan menu Mie Andalan, Donny harus berkeliling ke tiap warung ramen.

Tujuan riset tersebut untuk mencari resep yang enak dengan harga yang pas. “Ada yang enak tapi harganya mahal. Ada juga yang murah tapi rasanya kurang enak. Saya ingin mencari yang tengah-tengah, enak dengan harga terjangkau,” katanya.

Menu Mie Andalan merupakan hasil riset dari tiga bulan itu. Menu ini terdiri dari mie ramen, bakso sapi, chicken katsu dan kuah yang pedas. Meski memakai mie khas Jepang, Donny mengolahnya dengan cita rasa lokal.

 “Bakso Mas Tato bukan ramen Jepang, karena rasanya tetap lokal. Kalau ramen kan kebanyakan tidak pakai bakso,” katanya.

Pada awal pembukaan, menu tersebut dijual Rp 15 ribu. Kini seiring naiknya harga daging dan kebutuhan pokok, Mie Andalan menjadi Rp 23 ribu.

Mie ini dijajakan di Bakso Mas Tato, pinggiran Jalan Ternate. Donny mengontrak tempat itu bersama dua rekannya yang juga dari komunitas band. Sehingga di warung tersebut terdapat beragam menu makanan dan minuman, seperti burger, jus dan minuman  menyegarkan lainnya.

Awalnya ia mengoperasikan warung baksonya bersama istrinya, Hanti Susanti dan dibantu seorang saudaranya. Usaha yang mulai dijalani dari nol itu kini sudah membuahkan hasil. Donny sudah bisa membuka lapangan kerja untuk 10 pegawai. Mereka bertugas memproduksi bakso dan chicken katsu serta mengoperasikan warung.

Ia juga sudah punya satu cabang di Jalan Sultan Agung 27 Bandung. Selain itu, kini Bakso Mas Tato punya dua mitra usaha, yakni di Antapani, Bandung dan Kota Cimahi. Mereka sudah berjalan lebih dari setahun. Untuk bermitra, calon mitra cukup membeli bahan baku untuk membuat menu Bakso Mas Tato.

Donny sengaja tidak menjalankan sistem franchise. “Sitem franchise tidak sehat. Kalau franchise kan mitra harus setor uang dulu ke saya. Saya tidak berani begitu, khawatir ada salah satu yang dirugikan,” ujarnya.

Menurutnya bisnis kuliner dengan ngeband jelas berbeda. “Alhamdulillah dari segi keinginan lebih dari cukup. Dari segi batin lebih woles, tenang ibadah. Waktu juga banyak untuk keluarga,” ujar ayah dua anak yang sejak keluar band aktif mendalami ilmu agama.

Di sisi lain, bisnis kuliner memiliki tantangan tersendiri, bagaimana bertahan hingga membuka lapangan kerja. Baginya hal itu adalah perjuangan dan ibadah.
 

Kredit

Bagikan