Tak lulus SD, tukang asongan ini kini jadi pengusaha gamelan sukses

user
Mohammad Taufik 24 Januari 2016, 14:03 WIB
untitled

Bandung.merdeka.com - Jadi pedagang asongan bisa menjadi pintu awal berwiraswasta. Jika ditekuni dan mau belajar, jalan hidup akan terbuka lebar. Ini dibuktikan Riki Supriyadi (32), mantan pedagang asongan souvenir Bandung yang kini menjadi pemilik Saung Dadeh Bandar Seni.

Saung gamelan Riki yang terletak di Jalan Kiaracondong, Bandung, itu kini memiliki pelanggan di beberapa kota di Indonesia, termasuk turis Malaysia. Bisnis gamelan dan aksesoris membuat Riki bisa memiliki rumah sendiri, menyekolahkan dua anaknya, membeli dua unit mobil angkutan barang. Untuk menambah penghasilan, dua mobil angkutan barang ia sewakan.

Tidak hanya itu, ia juga mempekerjakan karyawan lepas yang menjual aksesoris buatannya. Kini ia berencana membuka toko yang lebih besar di kawasan Jalan Laswi. "Doakan saja, mudah-mudahan bisa terlaksana," ujar Riki, saat ditemui di kiosnya.

Ia mengaku sudah memperhitungkan rencana kepindahannya itu. Jalan Laswi Bandung merupakan lokasi strategis tepat untuk bisnis aksesoris. Sewa tempat di sana sekitar Rp 30 juta setahun. Dengan pindah tempat usaha, ia akan memiliki ruang lebih besar, bisa memproduksi barang skala besar dan menambah karyawan.

Produk yang disediakan Riki berbagai jenis gamelan tradisional, seperti gamelan salendro, kendang penca, jaipongan, gamelan wayang, seruling, celempung, angklung, calung, marawis (timteng), rebana, gamelan talempong atau gambang kromong. Selain gamelan, ia juga menerima pesanan drum band dan gitar.

Pelanggannya dari Kota Bekasi, Banten, Kalimantan, hingga Malaysia. Harga yang ditawarkan bermacam-macam, mulai yang termurah hingga gamelan professional yang mencapai Rp 15 juta satu setnya. Di Bandung, sejumlah SMK menjadi pelanggan saung gamelan Riki.

Riki mengawali karirnya dari nol sebagai pedagang asongan pada 1994. Waktu itu ia ngasong di pusat belanja, di antaranya Pasar Baru, dan sejumlah hotel. "Dulu saya suka ngejar-ngejar turis di hotel," ujar pria berambut gondrong ini.

Barang yang diasongnya berbagai macam aksesoris seperti gantungan kunci dan miniatur alat musik. Dari situ ia melamun, andaikan bisa membuat sendiri berbagai aksesoris tersebut. Ia juga ingin membuka tempat khusus menjual aksesoris.

Di sela ngasong, ia belajar membuat berbagai jenis aksesoris dan menjualnya sendiri. Uang selama ngasong ia tabung. Ia juga bekerja sama dengan kakaknya yang lebih dulu membuat gamelan. Lalu dua tahun lalu ia mulai mendirikan saung gamelannya.

"Saya sih banyak sekolah di jalan. Tapi Alhamdulillah," kata pria yang sekolahnya sampai kelas 3 SD di SD Babakan Jati Kiaracondong ini.

Kredit

Bagikan